Edzsel kembali memastikan kondisi Renggana seusai Ashermon dan Feodora pergi. Dia mengecek apakah istrinya merasa nyaman dengan pemeriksaan yang baru dilakukan oleh Ashermon.
"Bagaimana perasaanmu, Sayang? Apa ada bagian tubuhmu yang sakit atau tidak nyaman?"
"Tidak." jawab Renggana masih terdengar lesu.
Meskipun gadis itu sudah mendengarkan dan percaya pada penjelasan Edzsel. Tapi luka hati karena kehilangan temannya tidaklah mudah terobati. Renggana masih saja murung selepas kepergian Sasha.
"Sayang, jangan sedih terus. Aku benar-benar bisa gila jika melihatmu begini sepanjang hari."
Edzsel yang sudah lelah diacuhkan akhirnya memilih untuk menaiki ranjang Renggana. Pria itu kemudian menarik lengan istrinya dan membawa Renggana ke dalam dekapannya.
"Aku tahu Sasha itu berharga untukmu. Tapi bukankah ini keterlaluan, Nana? Kau mengabaikan suamimu dan terus saja menuduhku sebagai pembunuh. Kau bahkan menyerangku dengan patung taman tempo hari ketika aku berusaha menjelaskan permasalahannya padamu."
"Ma-maaf, Ed. Aku tidak sadar."
"Apa Sasha jauh lebih penting daripada aku?"
"Dia ... tidak bersalah. Edzsel ... Sasha itu ... hanya ingin membantuku hidup nyaman di sini. Tapi, karena aku- hiks ... Karena aku ... Hadyan membunuhnya. Bajingan itu- hiks ... membunuh Sasha untuk mengancamku, Ed-"
"Sshhhhhh ... Sudahlah. Jangan memikirkannya dulu. Lihat ... Kerja jantungmu selalu bermasalah setiap kali kau sedih, Sayang."
"A- aku ... Bersalah-"
"Tidak. Tidak. Ini semua bukan salahmu, Sayang. Si brengsek itu saja yang gila."
Edzsel lupa jika dia juga sama gilanya dengan Hadyan. Mengancam. Mengurung. Dan memaksa Renggana untuk menikah dengannya. Apa namanya jika bukan gila?
Tapi tentu saja bagi Edzsel, perbuatannya bukanlah hal gila. Semua itu semata-mata hanya ungkapan cintanya saja untuk Renggana.
"Aku ... Ingin menengok Sasha."
"Apa, Sayang?"
"Aku ingin melihat makam Sasha. Boleh kan, Ed?"
Edzsel ingin menjawab tidak. Tapi melihat bagaimana indahnya mata Renggana ketika memohon seperti ini, pria itu akhirnya memilih untuk mengalah.
"Baiklah. Kita akan ke kota dan melihat makamnya."
"Kota? Kenapa Sasha dimakamkan di sana? Bukankah kau bilang, keluargamu memiliki pemakaman pribadi?"
"Di surat wasiat Sasha. Anak itu menulis jika ingin dimakamkan di sebelah makam kekasihnya, jika sewaktu-waktu dia tewas. Jadi, aku hanya melakukan apa yang dia inginkan saja."
"Sasha punya kekasih?" tanya Renggana penasaran. Tangan Edzsel refleks bergerak untuk mengelus pipi istrinya. Dia terlalu gemas dengan tingkah Renggana yang seperti ini.
Perasaan gadis itu mudah sekali berubah. Padahal belum satu menit yang lalu Renggana sedihnya bukan main karena Sasha. Tapi lihatlah sekarang, matanya bahkan sudah mulai terlihat seperti Renggana yang dulu.
"Iya. Kekasihnya tewas karena diserang segerombolan gangster. Dan Sasha memutuskan untuk menjadi pegawaiku sejak saat itu. Dengan imbalan aku harus membalaskan dendam kekasihnya." terang Edzsel masih dengan tangan yang sibuk memainkan pipi Renggana.
"Apa kau berhasil membalaskan dendamnya, Ed?"
"Tentu saja. Aku melenyapkan mereka semua tanpa terlewat satu pun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Escape: Look At Me, Your Devil Angel
Misterio / Suspenso"Merindukanku, sayang?" Suara itu. Senyuman iblis itu. Wajah yang tersenyum seolah tak berdosa yang pria itu tunjukkan membuat hati Renggana mendadak berubah menjadi remah roti yang siap hancur kapan saja. "Ba-bagaimana kau bisa ada disini?" "Itukah...