Niat hati ingin menikmati anggur baru milik adiknya, Igor justru harus merasakan pahitnya pemandangan di depan mata.
Tangan pria itu meremas kuat gelas minumannya hingga akan pecah, jika saja Edzsel tidak menepuk pundaknya.
"Kenapa tidak kau rebut saja langsung?" tanya Edzsel dengan senyum mengejek.
Bukannya menenangkan, Edzsel justru seperti sedang bersenang-senang di atas penderitaan kakaknya. Pemuda itu bahagia sekali melihat Igor bagaikan cacing kepanasan.
Rasa cemburu di dalam hati Igor memang selalu membuncah tiap kali melihat Feodora tertawa bersama pria lain. Apalagi sekarang, gadis itu secara terang-terangan sedang berdansa mesra dengan pacar barunya, yang merupakan dokter spesialis jantung dan kulit Renggana.
Ya. Memang Feodora-lah yang memperkenalkan kekasihnya pada Edzsel. Dan mengetahui bagaimana hebatnya prestasi dokter itu, belum lagi sertifikasinya dalam bidang kedokteran, mau tak mau Edzsel pun menerima pria itu.
"Oh, ngomong-ngomong. Siapa namanya?" Igor bertanya murni karena penasaran.
"Kenapa?" tanya Edzsel sambil menaikkan sebelah alisnya, "kau mau menempelkan namanya di atas boneka Voodo?"
"Ckkk ... Sialan kau. Diam dan sapa tamumu saja, jika kau terus menerus ingin mengejekku, Ed."
Edzsel terkekeh pelan melihat kedongkolan Igor. Melihat adiknya yang mudah sekali tersenyum saat ini, Igor tentu saja langsung merasa curiga. Terlihat sekali dari tatapan matanya.
"Jangan menatapku dengan pandangan seperti itu, Igor. Ini efek dari tingkah manja istriku. Aku jadi gampang tertawa sekarang."
"Renggana? Manja? Kau sedang mabuk atau habis menelan ekstasi, Ed?"
"Ah ... Manusia kesepian sepertimu mana paham dengan hubungan suami istri."
"Aha ... Iya. Tentu saja aku tidak paham dengan hubungan suami istri yang 'memaksa'. Karena aku terbiasa melakukan suka sama suka."
Mendengar bagaimana Igor menekankan kata 'memaksa', hal itu membuat Edzsel seketika mengubah ekspresinya.
Wajah yang sebelumnya sangat riang dan lembut, kini berubah menjadi begitu mengintimidasi. Senyum yang sama masih bertengger di atas wajahnya, namun dengan aura yang berbeda.
Igor tahu adiknya sedang kesal, tapi saat ini, dirinya juga sama kesalnya. Mereka berdua sama-sama keras kepala.
"Halo cucu-cucu kesayangan Kakek ..."
Mendengar nyaringnya suara Feodora, sontak saja kedua orang itu menghentikan perang dingin mereka. Senyum bisnis mengembang secara otomatis pada kedua wajah kakak beradik tersebut.
"Oh halo ... Cucu manjanya Kakek." Edzsel balas mengejek.
"Manja? Aku? Apa aku manja di matamu, Ho-ney?" dengan gerakan sensual, Feodora sengaja menempel wajah dan tangannya di atas dada bidang milik sang pacar. Perempuan itu memasang wajah cemberut yang dibuat-buat.
Melihatnya saja Edzsel sudah mual. Dia sungguh tidak tahan dengan pemandangan menjijikkan di depannya saat ini. Mungkin pemuda itu lupa, jika dia juga sama saja ketika bertemu Renggana.
"Iya. Memang manja. Tapi, itu yang membuatmu terlihat sangat menggemaskan, Sweety."
Baiklah. Mulai detik ini juga, Edzsel akan menghapus kata 'Sweety' dari daftar panggilan kesayangannya untuk Renggana.
"Astaga, Ash! Kau manis sekali."
"Aku akan pergi menyapa tamu yang lain. Kalian bernostalgia saja tanpa aku."
![](https://img.wattpad.com/cover/302805583-288-k358856.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Escape: Look At Me, Your Devil Angel
Mistero / Thriller"Merindukanku, sayang?" Suara itu. Senyuman iblis itu. Wajah yang tersenyum seolah tak berdosa yang pria itu tunjukkan membuat hati Renggana mendadak berubah menjadi remah roti yang siap hancur kapan saja. "Ba-bagaimana kau bisa ada disini?" "Itukah...