41. Too far to back

1.3K 106 5
                                    

Tidak bisa. Edzsel tidak bisa diam begini.

Melihat punggung kecil itu semakin samar terlihat, rasanya seperti ada yang membakar isi perut pemuda tersebut.

Panas. Semua organ dalam Edzsel terasa membara karena berusaha melawan efek dari bius buatan Ghilayana. Semakin dia berusaha bergerak, maka rasa sakit akan semakin merayapi tubuhnya.

"Na---na."

Pemuda itu berusaha untuk menyerukan nama sang istri, tapi dengan begitu kejamnya, Renggana terus saja berjalan dan mengabaikan permohonan Edzsel.

Setelah berjuang mati-matian, pada akhirnya Edzsel berhasil berdiri. Harusnya ini tidak mungkin.

Obat bius temuan Ghilayana dibuat untuk melemahkan syaraf-syaraf manusia secara perlahan namun dalam waktu yang lama.

Secara sederhana, membutuhkan proses sekitar 12 jam sebelum akhirnya obat itu akan bekerja sempurna. Yang artinya, Renggana sudah memberikan obat itu kepada semua orang setengah hari yang lalu. Dan sekarang adalah waktunya obat itu bereaksi.

Selain Edzsel, tidak ada lagi manusia di tempat itu yang sanggup bergerak. Bahkan untuk bernafas pun sulit. Satu-satunya yang bisa mereka lakukan adalah menunggu.

Tapi fisik Edzsel yang sudah terlatih menerima banyak sekali macam dosis racun, justru terlihat melawan hukum dari bius tersebut.

Iya, Edzsel masih sanggup bergerak. Dengan sisa-sisa tenaga dalam dirinya, pemuda itu menekan sebuah tombol yang berada di balik lukisan keluarga yang tertempel pada dinding ruang tamu.

Lalu setelahnya, Edzsel benar-benar tidak sanggup lagi bergerak. Pemuda itu roboh dan tak sadarkan diri.

_ _ _ _ _

Keesokan harinya, Igor sudah sampai di kediaman Edzsel setelah menerima pesan darurat yang adiknya kirim melalui tombol rahasia di balik lukisan kemarin. Padahal Igor sedang menjalankan misi penting dari kakeknya. Tapi, begitu mendengar panggilan darurat dari adiknya, Igor langsung meninggalkan misi tersebut.

Itu semua karena Igor masih trauma. Sebelumnya, dia kehilangan Feodora karena lebih mementingkan misinya sendiri. Maka sekarang, Igor akan memilih jalan lain agar tak sampai kehilangan adiknya juga.

"Kau masih belum terlalu sehat, Ed."

Igor menatap prihatin pada Edzsel. Pemuda itu sibuk mengganti baju dan melengkapi peralatannya. Edzsel berencana untuk mencari Renggana dengan caranya sendiri.

"Kirimkan aku lokasi terakhirnya." titah Edzsel tak mau dibantah.

"Ed. Tolonglah. Dengarkan aku-"

"TUTUP MULUTMU, SIALAN! KIRIMKAN SAJA LOKASI ISTRIKU DAN KAU BISA PERGI SETELAHNYA!"

Edzsel yang tenang sudah tidak ada lagi. Pria itu kembali pada mode gilanya. Saat ini, Edzsel tak lebih dari binatang buas yang siap mengoyak leher siapapun yang berani mengganggunya.

Igor tidak punya pilihan lain. Dicegah pun akan percuma. Jadi, dia memutuskan untuk mengirimkan lokasi terakhir Renggana pada ponsel Edzsel.

Setelah menerima datanya, Edzsel berencana untuk langsung pergi, tapi langkahnya tertahan oleh suara layar komputer yang tiba-tiba menyala sendiri.

Baik Igor maupun Edzsel merasa jika ini pasti ada hubungannya dengan kepergian Renggana. Dan benar saja, rupanya, orang yang ada di dalam layar komputer tersebut tak lain dan tak bukan adalah Renggana sendiri.

Perempuan itu masih mengenakan pakaian yang sama seperti yang kemarin. Dengan latar belakang gelap, Renggana tersenyum manis seolah bisa melihat langsung suaminya.

Don't Escape: Look At Me, Your Devil AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang