17. Kids

3.3K 224 2
                                    

Tengah hari? Pagi? Dini hari?

Entahlah. Edzsel tidak yakin pukul berapa sekarang sebenarnya. Namun yang pasti, waktu bergerak begitu lambat baginya ketika ia tak mampu berbuat apa-apa di saat gadis kesayangannya tengah 'dipaksa' berbuat hal-hal menjijikkan oleh si keparat itu. Di hadapannya.

Tubuh Edzsel terikat rantai. Seluruhnya. Bahkan mulutnya pun disumpal kain. Hanya matanya yang dibiarkan terbebas.

Alasannya?

Tentu saja demi kepuasan Hadyan.

Pemuda yang selalu terobsesi dengan Renggana bahkan semenjak mereka masih belum akil baligh itu amat sangat bahagia ketika melihat bola mata Edzsel seolah hendak melompat dari wadahnya.

Kehormatan Hadyan. Harga dirinya. Kebanggaannya. Benar-benar dipulihkan ketika ia berhasil menguasai Renggana di depan mata kepala Edzsel tanpa kegagalan.

"Lagi." titah Hadyan pada Renggana yang tengah duduk di atas pangkuannya itu.

"K-kak aku-"

"La---gi." penuh penekanan dan aura pengancaman.

Renggana merasa lelah. Namun ada nyawa yang harus ia lindungi. Maka dengan perlahan, Renggana kembali menjelajahi bibir Hadyan menggunakan bibir manisnya.

Tubuh gadis itu bergetar hebat. Bahkan tangannya yang bertengger pada pundak dan kepala Hadyan pun menguarkan ketakutan yang sama.

Sudah berjam-jam lebih ia diminta 'memuaskan' Hadyan dengan cara menjijikkan seperti ini. Di depan mata Edzsel secara langsung.

Tidak. Mereka tidak sedang melakukan hubungan suami-istri. Hadyan--- hanya 'melakukan' adegan ciuman panas dengan Renggana yang masih berpakaian lengkap. Sangat lengkap beserta borgol dan rantai kaki yang masih menempel pada tubuh kurus perempuan itu.

Beberapa kali terdengar erangan keluar dari mulut busuk Hadyan ketika Renggana berhasil membuatnya puas hanya dengan ciuman-ciuman lembut di sekitar wajah dan lehernya. Sengaja memang ia bersuara seperti itu agar Edzsel semakin tersiksa.

Namun semua ini belum sepadan bagi Hadyan, karena Edzsel sudah sangat lancang bermain-main dengan miliknya.

Maka sebagai balasan, Hadyan pun memaksa tubuh Renggana agar semakin merapat pada tubuhnya. Lalu tanpa belas kasih pria itu secara paksa manjambak surai hitam Renggana hingga membuat gadis itu mendongak.

Setelah melirik sekilas ke arah Edzsel yang otot-otot tubuhnya nampak muncul di permukaan epidermis, maka Hadyan dengan sangat sensual mulai melakukan hal yang sama kepada gadis itu hingga membuat Renggana mengeluarkan airmata dari ujung matanya.

JIJIK! JIJIK! JIJIK! MENJIJIKKAN! MENJIJIKKAN! MENJIJIKKAN!!!

Kepala gadis muda itu seolah ingin meledak karena tak mampu mengeluarkan kalimat umpatan yang telah lama ia pendam untuk Hadyan.

Renggana ingin menguliti tubuhnya sendiri hingga bersih dari seluruh noda ini. Bahkan jika bisa, Renggana benar-benar ingin membunuh dirinya sendiri ketimbang harus melakukan hal ini dengan bajingan itu.

Namun sayangnya--- tuhan membenci hal itu.

"Tuan Jewish sudah datang, Tuan." Segrei yang sangat jijik dengan tingkah Hadyan benar-benar merasakan kelegaan ketika ia dapat menginterupsi hal gila yang sedang terjadi di sini.

Bukan berarti ia membenci aktivitas memproduksi keturunan. Ia menyukainya. Tentu saja sangat. Namun jika hal itu dilakukan suka sama suka.

Pemaksaan seperti ini tak lebih dari sekadar tingkah binatang baginya. Tak bermoral sama sekali. Baginya yang menjunjung tinggi adat, budaya dan moralitas, melayani Hadyan adalah siksaan mental yang paling kejam yang pernah ia rasakan.

Don't Escape: Look At Me, Your Devil AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang