3. Sister

6K 479 10
                                    

Leana masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi di kantin tadi. Pria idamannya menggandeng pergi adik sialannya dengan sangat mesra. Dimata Leana, kini Renggana terlihat sama percis seperti ibunya. Benar-benar tipikal wanita penggoda yang sok suci.

Matanya memicing tajam saat melihat Edzsel dengan lembutnya menggiring Renggana masuk kedalam mobilnya yang terlihat mahal.

Sialan!

Gadis itu mengumpat didalam hati ketika melihat semua itu. Pria yang bahkan tidak menoleh sedikit pun kearahnya itu justru memperlakukan gadis murahan itu selayaknya ratu. Leana benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan Hunt.

"Kau ikut Leana sayang?" suara Isabella membuyarkan lamunan Leana dan mendapatkan anggukan dari gadis cantik bak model itu.

"Tentu Bel."

Kawannya tadi mengajak Leana untuk ikut dengan mereka pergi berbelanja. Dan sebagai mahluk sosialita tingkat atas, tentu Leana dengan senang hati menerimanya. Lagipula dia juga sudah mendapatkan izin dari mommy-daddynya. Urusan Renggana bisa nanti.

"Bukankah itu Hunt?" Isabella bertanya pada dirinya sendiri, "siapa gadis yang ada disampingnya?"

"Oh itu anak pindahan. Kau tidak tahu keributan di kantin tadi, Bel?" Susan bertanya dengan wajah polosnya.

"Keributan apa?"

"Ahhh ... Tom katanya mencium gadis Asia itu. Lalu Hunt membawanya pergi begitu saja. Entahlah aku kurang tahu. Mungkin Lea yang tadi di kantin tahu lebih banyak."

Leana yang merasa namanya dibawa-bawa segera menampik semua itu. Dia hanya mengatakan mendengar keributan. Tidak lebih tidak kurang.

Padahal gadis itu merasa bahwa hari pertamanya di sekolah ini merupakan awalan yang sangat baik. Leana bahkan memutuskan akan memasukkan hari ini sebagai salah satu daftar seratus hari terbaiknya jika saja adik sialannya itu tidak merusak semua hal.

Dia merebut semua atensi milik Edzsel yang seharusnya menjadi miliknya.

Dan belum cukup dengan semua keributan yang Renggana ciptakan tadi, Leana merasa sangat dongkol ketika dia dan teman-temannya tidak sengaja melihat Edzsel di sebuah kafe sedang meminum kopi bersama Renggana. Dengan penuh kelembutan dia memberikan segala yang dia bisa untuk gadis itu.

"Kau mau memesan apa lagi, Nana?"

"Su-sudah cukup Ed. Aku kekenyangan."

Nana? Ed? Jadi mereka berdua sudah saling memanggil dengan nama kecil?

Pikir Leana penuh dengki ketika mendengar obrolan dua manusia itu yang duduk dekat dengan tempatnya.

"Heii ... kalian dengar itu? Berani sekali gadis itu memanggil nama depan Hunt." ucap Debora kesal.

"Bahkan Ronald yang sudah bersama Hunt semenjak sekolah menengah pertama pun tidak pernah memanggil dia dengan nama depan." tambah Isabella.

"Kenapa bisa begitu?"

"Astaga Leana sayang ... itu karena Edzsel adalah orang yang terlalu tinggi tempatnya. Dia kaya, tampan, cerdas dan memiliki kepribadian yang sangat baik."

"Tapi dia tidak dekat dengan siapapun." Debora menambahi pernyataan dari Isabella.

Mendengar semua itu, Leana merasa semakin tertantang untuk mendapatkan pria itu. Karena dengan begitu dirinya akan menjadi orang paling hebat dengan memenangkan tropi paling bersinar di tempat ini.

_ _ _ _ _

Renggana masih diam seribu bahasa didalam mobil Edzsel. Laki-laki itu terlalu tenang seolah tidak pernah terjadi apapun tadi. Padahal pemuda itu sempat hampir menciumnya ketika mereka sedang berada di taman, jika saja Nana tidak menghindar dengan pura-pura terjatuh.

Don't Escape: Look At Me, Your Devil AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang