33. Renggana

1.1K 120 1
                                    

Robert semakin mempercepat langkahnya hingga membuat Renggana kesulitan mengikuti. Gadis itu hampir saja terjatuh jika Robert tidak dengan sigap menahannya.

"Maafkan saya, Nyonya."

"Tidak apa-apa, Rob. Kita memang harus cepat."

"Terima kasih sudah sangat pengertian, Nyonya."

"Iya. Ayo, kita harus-"

DUARRRR!

"AHHHHH!"

"Arghhh!"

"Ahhhhhh!"

Suara ledakan disusul dengan teriakan demi teriakan yang berasal dari lantai delapan. Tempat Edzsel berada.

Renggana yang sempat terkejut langsung kembali sadar begitu ingat Edzsel ada di sana. Gadis itu hendak berlari kembali namun dicegah oleh Hadyan.

"Kita harus pergi, Nyonya!"

"Apa kau gila?! Edzsel ada di sana!"

"Nyo-"

Brak!

Pengunjung yang panik karena ledakan barusan pun mulai berlari ke luar. Renggana dan Robert hampir saja terpisah jika saja Robert tidak dengan cekatan memegangi bahu Renggana.

Robert merasa sedikit aneh karena melihat jumlah pengawal yang tak lebih dari sepuluh orang. Padahal seharusnya ada tiga puluh orang pengawal. Kemana yang lain?

Dia menggiring Renggana untuk menepi sejenak. Takut tubuh kecil Nyonyanya terhimpit oleh desakan orang yang semakin brutal, Robert pun memanggil tiga orang pengawal untuk dijadikan sebagai dinding hidup. Mereka bertugas menghalau pengunjung yang berlari dengan sembrono.

"Nyonya. Sepertinya ada pengkhianat. Kita harus cepat berjalan."

"A-apa? Lalu bagaimana dengan Edzsel?"

"Tuan Edzsel tidak gampang mati, Nyonya. Nyawanya banyak. Sepertinya dia saudara jauh dari siluman kucing."

"Jangan bercanda, Rob!"

"Saya mohon maaf. Saya pikir Anda terlihat sedikit tegang, jadi butuh hiburan."

Renggana tidak percaya bisa melihat Robert membuat lelucon seperti ini. Padahal Robert biasanya adalah orang yang sangat kaku.

"Rob, ada tujuh belas orang pengawal menghilang." salah seorang pengawal memberikan laporan. Dilihat dari wajahnya, mungkin seumuran dengan Robert dan Vinka.

"Hilang atau menghilang?"

"Sepertinya hilang. Aku melihat beberapa dari mereka tergeletak di lantai. Saat kuperiksa, ternyata mereka hanya pingsan. Padahal kukira sudah mati."

"Apa mereka ketakutan dengan ledakan barusan sampai pingsan begitu?"

"Sepertinya tidak. Karena tidak ada tanda-tanda mengompol. Mungkin mereka terjatuh dan tidak sengaja terinjak para pengunjung."

"Kasihan sekali."

"Iya. Kasihan sekali. Apa perlu ditolong?"

"Tidak usah. Nanti mereka juga sadar sendiri. Semoga saja mereka tidak mati terinjak. Bisa kotor Mall ini nanti."

"Benar, Rob. Nanti kita yang disuruh membersihkan. Kan repot."

Renggana semakin dibuat bingung dengan cara bicara Robert juga pengawal itu. Apa mereka sedang bercanda atau serius pun Renggana tak paham.

Karena wajah keduanya sama-sama datar. Belum lagi kedua orang itu berbicara dengan nada yang aneh di beberapa kata.

"Baiklah, Nyonya. Karena keadaannya begini, kita harus pergi lewat pintu belakang."

Don't Escape: Look At Me, Your Devil AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang