15. Screen

3.3K 223 16
                                    

Melihat wajah tanpa daya Renggana, Hadyan sadar bahwa dirinya telah membuat kesalahan. Dia bergerak terlalu berlebihan hingga membuat kesayangannya itu berhenti melawan.

Renggana membiarkan pemuda itu mencekiknya hingga kehabisan nafas dan membuat jamnya berbunyi. Tanda bahwa detak jantungnya melewati batas aman.

Pemuda bermata coklat terang itu segera melepaskan tangan besarnya dari leher kecil milik Renggana.

"Rere ... sayang ... bangun sayang."

Dia panik sendiri. Menggoyang-goyangkan bahu Renggana agar sang empu segera sadar. Dan benar saja, beberapa saat kemudian gadis itu terbatuk-batuk dan kembali menunjukkan asa.

Hadyan tak tinggal diam. Dirinya segera membawa Renggana masuk ke dalam pelukannya yang sarat akan hasrat untuk memiliki gadis itu seutuhnya.

"Uhuk-"

Gadis itu terus saja terbatuk karena dadanya masih sangat sesak. Mulutnya rakus mencari pasokan oksigen guna memenuhi kedua bilik paru-parunya.

"Maaf sayang, maaf."

Di saat Hadyan tengah sibuk memeluk dan menciumi puncak kepala Renggana, gadis itu sendiri sedang mengumpulkan kesadarannya dan meninjau kembali apa yang sudah terjadi.

Selama ketidaksadarannya beberapa saat yang lalu, ingatan-ingatannya akan sosok wanita berparas cantik terus saja mengusik batinnya.

"Jangan lupakan pesan Mama. Hiduplah dan biarkan Mama ..."

Hanya kalimat itu yang bisa Renggana gapai dari alam bawah sadarnya. Sisanya entah pergi ke mana. Mungkin sudah terbang bersama dengan kebebasannya menuju langit hitam yang terlalu kelam untuk diselami.

"Rere ... kamu sudah sadar kan, Sayang?" Hadyan berhenti menjerat Renggana. Dia melepaskan tubuh itu dan berganti menangkup wajah Renggana yang berubah menjadi kanvas merah. Aliran pernapasannya masih belum normal.

"Jawab Re ..." meskipun pemuda itu sedang sangat cemas pada kondisi gadisnya, namun hal itu tidak serta merta membuat kebengisannya memudar.

Matanya masih menyorot Renggana tajam. Seolah jika gadis itu tidak segera membuka mulut dan menjawabnya, maka akan ada pisau tak kasat mata yang keluar dari kedua bola mata milik Hadyan.

"Y-ya- uhuk ... a-aku sudah sadar."

Sepenuhnya sadar jika kau tetaplah bajingan gila seperti dulu. Lanjutnya di dalam hati.

"Syukurlah ... syukurlah ..." Hadyan kembali melingkarkan kedua tangannya pada tubuh Renggana. Membuat lawan interaksinya itu merasa jengah atas sikapnya yang mudah sekali berubah.

Berbeda dengan Edzsel yang selalu memperlakukan Renggana selembut mungkin tidak peduli apakah dia sedang berada dalam mood baik ataupun buruk, Hadyan sangat kontradiktif dengan itu semua.

Dia cenderung mudah bersikap kasar ketika merasa bahwa Renggana mengabaikannya atau tak menuruti ucapannya.

Objek yang selalu menerima hukuman di dalam ketimpangan hubungan mereka adalah Renggana. Sebab Hadyan selalu melampiaskan segala murka miliknya pada Renggana.

Sedangkan Edzsel, dia lebih suka menyiksa orang-orang di sekitarnya jika merasa bahwa mereka telah mempengaruhi sikap Renggana terhadapnya.

Singkatnya, jika Renggana tidak nyaman dengan sepatu yang diberikan oleh Edzsel, maka pemuda itu akan membakar toko sepatu tempat barang itu dibuat dan memberikan sepatu baru untuk Renggana.

Sedangkan Hadyan, dia akan memaksa Renggana memakai sepatu tersebut dan membuat gadis itu patuh untuk menyukai sepatu pemberian darinya.

Mendadak bola mata Renggana membesar ketika ia sadar, bahwa sekarang ... dirinya sedang menimbang siapa yang lebih baik dari siapa.

Don't Escape: Look At Me, Your Devil AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang