Renggana bolak-balik melewati ruang kerja Edzsel. Dia ingin sekali berbicara empat mata dengan suaminya, tapi sayang, Edzsel selalu beralasan sibuk. Padahal Renggana ingin menuntaskan kesalahpahaman ini sebelum mereka kembali bersekolah lusa.
Sasha yang melihat Nyonya-nya terus saja berdiri tak tenang dan harap-harap cemas menantikan Tuannya keluar, hanya bisa mendukung dengan tetap berdiri di sampingnya.
Tubuh ringkih Renggana yang terbalut gaun sutra selutut berwarna lilac tersebut nampak gemetaran. Padahal suhu udara di dalam rumah tidak dingin.
"Apa masih lama, Sha?" tanya Renggana mulai kelelahan. Terhitung dirinya sudah berdiri selama satu setengah jam lebih sambil membawa nampan berisi pai apel kesukaan Edzsel.
Dia ingin menyajikannya kepada sang suami dalam keadaan hangat, tapi sekarang makanan manis itu justru sudah mulai dingin. Sepenuhnya dingin.
"Tuan Robert bilang, jika Tuan Edzsel sedang memeriksa sample anggur terbaru milik ibunya di bilik ruangan."
"Maksudmu ruangan yang ada di balik tembok ruang kerja, Ed?"
"Ya, Nyonya. Mungkin masih lama, jadi biarkan saya saja yang membawa nampan itu, ya." tawar Sasha untuk yang kesekian kalinya. Tapi lagi-lagi Renggana menolak. Gadis itu ingin melayani suaminya dengan tangannya sendiri.
"Ngomong-ngomong, kenapa para pekerja seperti sibuk sekali?"
"Oh, mereka sedang mempersiapkan pesta peluncuran anggur terbaru milik mendiang Nyonya Irene."
"Pesta? Di sini? Kapan?" Renggana kebingungan, karena pasalnya, ia tak pernah mendengarkan kabar itu sekali pun dari Edzsel.
"Akhir pekan depan, Nyonya. Apa Tuan Edzsel tidak mengatakan apapun kepada Anda?"
Renggana menggeleng lemah. Sontak saja hal itu membuat Sasha gelagapan sendiri. Dia tidak tahu jika kabar ini belum menyentuh telinga Renggana. Mendadak wajahnya berubah sepucat rembulan kesiangan.
Sasha takut jika dia sudah membeberkan sesuatu yang tidak seharusnya.
"Nyonya, Saya-"
Ceklek!
Suara pintu terbuka membuat Sasha mengurungkan niatnya untuk mencegah Renggana agar tak membahas pesta di depan Edzsel.
Tapi dia sudah terlambat. Karena pria itu saat ini telah berdiri di hadapan mereka berdua bersama dengan Robert dan seorang pria gendut berambut coklat.
Kedua pria itu menatap Renggana dan Sasha bergantian. Sedangkan Edzsel tak sedetik pun melepaskan pandangannya dari sang istri.
"Apa yang kau lakukan di sini, Sasha?" tanya Robert dingin.
Pria itu nampak tak suka mendapati Nyonyanya ada di depan ruang kerja Edzsel, karena saat ini, Mr. Page sedang berkunjung. Pria itu terkenal dengan mata jelalatannya. Jadi, Robert tak mau mengambil resiko bahwa pria asing itu akan membuat Edzsel geram.
"Aku ... Membuatkan pai apel untukmu, Ed." Renggana lebih dulu menjawab ketimbang Sasha.
Edzsel mati-matian menahan emosi ketika diliriknya si tua gendut Page menatap istrinya dengan mata jelalatan.
"Jaga matamu atau akan kucongkel keduanya sekarang juga, sialan." desis Edzsel menukik bagai meteor di malam hari.
Mr. Page yang sadar telah melakukan kesalahan langsung menunduk gemetar. Dia berkeringat dingin dan tak berani lagi menatap Renggana.
"Mohon maafkan saya, Tuan." ucapnya kemudian.
"Pergi kau." titah Edzsel penuh kebencian. Mr. Page yang paham pun langsung berjalan menjauh dari tempat itu dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Escape: Look At Me, Your Devil Angel
Misterio / Suspenso"Merindukanku, sayang?" Suara itu. Senyuman iblis itu. Wajah yang tersenyum seolah tak berdosa yang pria itu tunjukkan membuat hati Renggana mendadak berubah menjadi remah roti yang siap hancur kapan saja. "Ba-bagaimana kau bisa ada disini?" "Itukah...