Kala turun dan mengecek dapur rumah Nara. Kosong. Nampaknya bibi belum masak apapun untuk keluarga itu. Kala bergerak menuju ke kulkas untuk mengecek bahan masakan. Ia berpikir sejenak, lalu memutuskan untuk membuatkan sup ayam dan roti sandwich untuk sarapan.
Gadis itu mulai sibuk memasak, mengiris-iris bahan masakan dan menumisnya, membuat aroma sedap menyeruak dari area dapur. Mama Nara yang nampaknya baru bangun datang menghampiri.
"Loh, Kala? Kok repot-repot masak, sayang? Nanti ada bibi yang masakin kok, cuma kayaknya sekarang lagi ke pasar buat belanja". Ucap Mama.
Gadis yang rambutnya dicepol itu menjawab. "Gak apa-apa, Ma. Ini Kala masakin buat Nara sama yang lain juga, biar nanti bangun-bangun dia bisa makan. Kasian, lagi gak enak badan dia".
"Oh, sudah pulang toh dia? Dimana sekarang anaknya?". Tanya Mama Nara, khawatir.
Kala berpikir sejenak, mengingat pesan Dizar tadi. "Ehm, lagi tidur, Ma. Di kamar Dizar".
Mama Nara mengangguk. "Yaudah, biarin dia istirahat kalo gitu. Sini, Mama bantuin kamu masak, biar cepet jadi".
"Eh, gak usah, Ma. Gak apa-apa biar Kala aja, Mama istirahat aja. Nanti Kala bilangin kalo udah mateng semua".
Mama Nara tersenyum. Anak ini memang sikapnya manis, rasanya sulit untuk tidak menyayanginya seperti anak sendiri. Diusapnya punggung Kala, memberinya dukungan melalui sentuhan, yang selanjutnya membuat gadis itu tersenyum manis.
Tidak sampai 45 menit kemudian, masakan Kala sudah selesai. Ia menyajikan makanan itu di meja, kemudian menyisihkan sebagian di piring terpisah untuk Nara. Ia kemudian menutup makanan di meja dengan tudung saji agar aman.
Makanan yang sudah ia pisahkan untuk Nara kemudian ia bawa menuju kamar lelaki itu. Tak lupa ia siapkan juga segelas susu hangat untuk diminum. Diketuknya pintu Nara pelan, lalu gadis itu masuk setelah mengintip sebentar. Ia terkejut ketika melihat kasur Nara yang kosong dengan selimut yang berantakan. Dahinya menyerngit. Kemana perginya lelaki itu?.
Matanya mencari ke sekitar, sampai ditemukannya punggung Nara yang tidak berbalut pakaian. Manik mata Kala membesar. Lelaki itu kemudian berbalik dan menatap Kala santai, tangannya sibuk menggosok-gosok rambut ikalnya. Tubuh atasnya polos, hanya berbalut handuk di sekitaran pinggang menutupi area bawahnya. Area yang menuju ke bagian... Entahlah, Kala tak sanggup membayangkan.
Wajah gadis itu pasti sudah semerah tomat. Lidahnya kelu, tubuhnya juga mematung. Nara tampak santai tidak terpengaruh, malah melangkah maju kearahnya. Kala sontak mundur. Makanan di nampan yang ia bawa hampir saja jatuh berantakan.
"Awas tumpah". Ucap Nara.
Kala berupaya keras menjaga pandangannya agar tidak melihat kebawah. "A.. A.. Aku gak tau kamu lagi.. Gak pake.. Baju".
"Kenapa sih? Kaku amat, dulu juga kita sering mandi bareng". Jawab Nara santai.
Sungguh kadang Kala tidak mengerti isi kepala lelaki itu. "Itu kan waktu kecil".
"Aku mau pake baju. Kamu mau disitu aja?". Tanya Nara, tangannya bergerak hendak membuka satu-satunya benda yang menutupi tubuhnya di pinggang.
"Tunggu! Aku keluar dulu! Ini makanan kamu aku taro di meja. Jangan dibuka dulu handuknya!". Jerit Kala panik.
Gadis itu lalu terburu-buru keluar dari kamar dan menutup pintu. Membuat Nara menatapnya dan terkekeh. Nara sialan. Ia tidak tahu jantung Kala seperti sedang dipacu, berdetak tak karuan. Pipi gadis itu panas, kejadian ini sungguh membuat syaraf di badannya seperti meleleh.
———
Kala menunggu dengan kikuk didepan pintu kamar Nara. Ia tidak tahu kapan lelaki itu selesai berpakaian, takut kejadian tadi akan terulang. Tapi, tak butuh waktu lama, Nara membuka pintu kamarnya dan menyembulkan kepalanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
JIWA
RomanceAku sudah pernah bilang, kamu boleh pergi jika kamu lelah. Tidak apa. Jika bersamaku memang menyiksamu, lepaskan saja. Tidak apa. Tapi ingat, pergilah ke tempat yang bisa ku tuju. Ingatlah untuk menarikku kembali, bersamamu. Karena jiwa kita sepasa...