DUA PULUH TUJUH - Berpisah

889 75 5
                                        

Hari ini merupakan hari keberangkatan Nara ke Jerman. Lelaki itu kini tengah berangkat menuju ke airport ditemani dengan sang Papa, Mama, Dizar dan Kala. Ibu dan Bapak Moira juga memilih ikut mengantar karena keberangkatan Nara tepat jatuh di hari weekend.

Nara memilih menyetir mobilnya sendiri ke airport agar dapat berpisah dengan orangtuanya, tentunya nanti Dizar yang akan menyetir mobil itu kembali kerumah. Nara sengaja mengajak Kala berdua di mobilnya agar mereka bisa lebih lama bersama.

Tangan mereka saling menggenggam, ibu jari Nara mengelus punggung tangan Kala di genggamannya dengan penuh kasih sayang. Kala sejak tadi gelisah bukan main, menanti saat-saat ia pada akhirnya harus berpisah sementara dengan Nara.

"Nara, kalo nanti udah sampe langsung telfon aku ya?". Ucap Kala.

Nara mengecup punggung tangan Kala gemas. "Iya, cantik".

"Kalo nanti udah mulai kuliah, tetep kabarin aku ya?". Pinta Kala lagi.

"Iya". Jawab Nara.

"Kalo ketemu yang cantik-cantik, jangan suka". Pesan Kala dengan wajah memelas.

Kali ini Nara tertawa. "Emang kenapa kalo aku suka?".

"Gak boleh". Ucap Kala.

Nara makin menggoda gadis itu. "Kenapa gak boleh? Nanti kamu cemburu ya?".

"Ih, enggak. Ya, pokoknya gak boleh". Omel Kala.

Tak terasa mereka akhirnya tiba di airport, Nara memilih untuk parkir lahan parkir yang masih kosong dan rindang karena tertutup pepohonan. Setelah yakin mobilnya terparkir dengan rapi, ia membuka seat-belt nya dan menatap serius kearah Kala.

"Jadi kamu gak akan cemburu kalo aku suka sama yang lain?". Tanya Nara, manik matanya mencari milih Kala yang sibuk menghindar.

"Aku gak tau, pokoknya kamu gak boleh suka sama orang lain". Cicit Kala

"Bolehnya sama kamu aja?". Tantang Nara.

Kala mengangguk, membuat Nara gemas total melihatnya. "Yaudah aku emang sukanya sama kamu aja, sayang malah. Sini, peluk dulu dong akunya mau pergi".

Kala menurut dan segera masuk ke dalam pelukan itu. Gadis itu merasakan bibir Nara menyapa keningnya.

"Jaga diri disini ya, cantik. Tungguin aku pulang enam bulan lagi. Mudah-mudahan pas aku pulang nanti, kamu udah mau jadi pacarku ya?". Bisik Nara.

Kala mendongakkan wajahnya menatap si pemilik rambut ikal. "Kalo belom mau?".

"Aku paksa sampe mau, mau tau gak caranya gimana?". Tanya Nara.

"Gimana?". Kala bertanya balik dengan mata bulat.

Nara mendekatkan bibirnya ke telinga gadis itu. "I'll kiss you, get down on you, and tease you until you say yes".

Pipi Kala memerah mendengar ucapan dari mulut Nara, ia refleks menutup mulut itu. "Stop".

Nara terkekeh. "Ini aku gak dikasih kiss sebelum pergi?".

"Nara". Ujar Kala memperingati.

"Sebentar aja?". Pinta Nara dengan mata memohon.

"Yaudah boleh, tapi sebentar aja". Jawab Kala.

Nara tersenyum puas, ia langsung merengkuh tengkuk Kala untuk menyatukan bibir mereka. Dipagutnya bibir itu lembut, mengantarkan sensasi dan gelenyar di seluruh tubuh mereka. Ciuman ini sarat akan perpisahan, membuat Nara melepas pagutan mereka sejenak.

"I love you, Kala. Gak perlu dijawab. I just need to say it". Bisik Nara.

Kala menelan semua ucapan cinta itu dengan bibirnya, gantian kini ia yang memagut bibir Nara tak sabaran, lidahnya menyapa lidah Nara penuh gelora. Nara mendorong pelan tubuh Kala yang mulai condong kearahnya.

"Kal, aku udah mau berangkat.. Jangan mancing aku". Ucap Nara.

Kala memerah. "Maaf..".

"Gak apa-apa, sayang. 'Itu'nya kita tunda sampe aku pulang nanti ya". Ucap Nara sembari kembali mengecup kening Kala.

Kala memukul lengan Nara pelan. "Jangan ngaco".

Nara tertawa melihat tingkah gemas Kala. "Yaudah yuk, turun. Nanti disangka lagi mesum kita. Padahal emang hampir ya?". Ajak Nara.

"Enak aja!". Sahut Kala sembari memukul kembali lengan lelaki itu.

Nara mengambil koper di bagasi mobilnya dan berjalan beriringan dengan Kala disampingnya. Mereka pada akhirnya bertemu dengan yang lainnya didepan gate keberangkatan Nara.

Nara mulai berpamitan satu-satu pada orang-orang disana. Sang Mama tak mampu menahan airmata melepaskan anak kesayangannya itu untuk pergi jauh.

"Aduh, Papa sebenernya juga sedih si bontot mau pergi jauh.. Tapi tengsin ah, masa Papa nangis disini". Ledek sang Papa usil.

"Pa, please deh". Ucap Nara sembari memeluk sang Papa sebagai ucapan perpisahan.

"Dek, take care ya disana. Jangan lupa balik lo". Ucap Dizar sambil menepuk punggung Nara.

"Iya, bro. Titip kamar gue tengokin jangan sampe berdebu". Canda Nara sembari memeluk Dizar kilat.

"Hati-hati ya, Nak. Bakal kangen ini ibu gak liat Nara kerumah dulu beberapa lama". Ucap Ibu Kala.

"Iya bu, nanti pulang pasti langsung kerumah". Jawab Nara.

Terakhir, Nara menatap Kala yang kini sudah menahan airmatanya. Matanya merah disertai genangan airmata yang menunggu untuk jatuh.
"Hati-hati ya".

Nara tersenyum dan memeluk gadis itu, menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Kala. "Kamu juga hati-hati disini. Jaga diri".

Kala memeluk balik dan airmatanya rembes, gadis itu menangis dengan isakan yang nyaring. "Aku bakal kangen kamu, Nara".

"Aku juga, selalu". Ucap Nara sambil menyudahi pelukannya, dihapusnya airmata itu dari pipi Kala.

"Udah jangan nangis, nanti cantiknya ilang sisa jeleknya aja". Ledek Nara.

Kala menghadiahi pukulan di dada Nara. Ia terlihat persis seperti anak kecil yang sedang merengek.

"Aduh, aduh. Udah kayak telenovela jaman Papa muda dulu nih anak berdua". Ledek Papa Nara, tak henti mengusili anak kesayangannya itu.

"Papa, ih!". Omel Mama Nara.

Pada akhirnya, announcement tanda pesawat Nara akan segera berangkat pun terdengar. Lelaki itu segera menyiapkan barang bawaannya.

"Berangkat dulu ya, semua. See u in 6 months". Ucap lelaki itu sambil berlalu.

Sosoknya kemudian menjauh, menggeret koper bersamanya untuk masuk kedalam gate tujuannya. Kala melihat bagaimana punggung itu menjauh dan pada akhirnya menghilang ditengah keramaian.

Ia langsung merasakan kehilangan dihatinya, satu pojok di hatinya seakan hampa. Kala tidak tahu apa ia sanggup untuk lama-lama disana, karena semakin lama ia disana, perpisahan makin terasa nyata untuknya. Dan mungkin, ini adalah kali pertamanya belajar untuk hidup tanpa Nara. Pesawat yang Nara tumpangi pada akhirnya lepas landas, mata Kala tak henti menanti bagaimana pesawat itu pada akhirnya terbang dan menghilang ditengah awan putih hari ini.

Sampai jumpa Nara, sampai bertemu 6 bulan lagi. Aku akan terus menunggu kamu.

———

JIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang