EMPAT PULUH DUA - Pulang

1.5K 96 17
                                    

jiwa nih kyk anak tiri yang terlupakan padahal dia cerita pertamaku HAHAHAH (gara2 sibuk nulis si pilot sebelah yang akhirnya tamat stlh 2 judul itu loch)

anyway moga msh ada yang mau baca ya, makasih td readerku ada yg ngingetin utk update ❤️

———

Lima bulan lamanya, dua jiwa itu menunggu.

Dan akhirnya saat yang dinantikan itu tiba, saat Nara menyelesaikan studinya dan kembali ke Jakarta. Herannya, setelah bersama selama berbulan-bulan, bahkan bersahabat bertahun-tahun, Kala tetap saja merasakan perasaan gugup bukan main saat hari itu tiba.

Gadis itu tak henti mondar-mandir di sekitaran gate kedatangan, menanti tak sabaran sosok itu tiba dengan senyumannya. Kala bahkan sampai berjalan mendekat kearah gate, berharap bisa sedikit mengintip kedalam. Hingga akhirnya senyumnya mengembang saat menemukan lelaki berbalut hoodie itu disana, menyeret koper dan tasnya keluar dari gate, dan tersenyum manis saat menemukan gadisnya disana.

"Oh my god, he's really here..". Hela Kala saat melihat Nara lagi setelah sekian lama.

Nara berlarian kecil hingga akhirnya berhasil memeluk sang gadis yang masih nampak takjub dengan kehadirannya, tidak terlalu banyak bergerak selain balas memeluk sang lelaki. Aroma manis dari sang gadis jelas terhirup indera penciuman Nara, membuat rindunya makin meluap dan untungnya tersampaikan. "I'm home, sayang. Aku pulang".

Kala melesakkan diri lebih dalam di pelukan itu, membiarkan seluruh rasa rindunya melebur jauh, membiarkan Nara merengkuhnya lebih erat hingga tak ada lagi jarak diantara mereka. Mereka sudah terlalu lama berjarak, biarlah sekarang tersampaikan.

"Kok diem aja, sih?". Protes Nara, hampir melepas pelukan mereka demi melihat wajah Kala lebih baik, namun sang gadis melarangnya.

"Sst—Ntar dulu, aku tuh kangen. Diem dulu kenapa sih, Nara. Jangan bawel dulu, masih mau dipeluk". Omel Kala sebal.

Sang lelaki terkekeh. "Pengen cium kamu jadinya, ciuman di bandara dibolehin gak sih?".

"Berisik". Semprot Kala, membiarkan sang lelaki kemudian mengecup sisi kepalanya.

"Aku cium di sini dulu, nanti di bibir ya, gak boleh nolak". Bisik Nara, diselingi gelak tawa yang sudah lama Kala rindukan.

Pada akhirnya, Kala lebih dulu melerai pelukan itu. Wajah sang gadis memerah, entah karena dekapan yang terlalu kuat, atau adalah semburat malu yang tercipta karena akhirnya dipertemukan. "Ada Papa Mama kamu, Nar. Ada kak Dizar juga. Lagi pada di resto kelaperan nunggu kamu".

Nara kembali terkekeh. "Ya, ampun. Kita udah kayak suami istri, ya? Aku baru pulang, dijemputnya sekeluarga gini, sama istriku juga".

Kala memukul pelan perut sang lelaki. "Ngaco aja kamu tuh, udah, ayo ke resto, samperin yang lain. Pada kangen juga sama kamu".

Namun, tangan Nara menahan Kala disana. "Eh, ntar dulu.. Buru-buru amat? Lihat aku bentar, mau ngomong, sebelum susah nanti kalau rame".

Netra milik Kala sontak berkedip lucu, memperhatikan dengan wajah serius kearah sang lelaki. Nara menatapnya lembut, menyingkirkan helai rambut yang menutupi wajah sang gadis dan mengelus pipi itu pelan. "Lama gak ketemu, kamu makin cantik gini? Bikin aku minder aja. Makasih ya, udah mau tungguin aku pulang. Mulai hari ini, aku bakal gangguin hari-hari kamu kayak dulu, gak lagi LDR kayak kemarin. Jangan bosen, ya, pacarku yang paling cantik".

Merah itu kembali menyapa pipi Kala, membuatnya harus menunduk. "Aduh, pipiku kenapa panas banget ya". Sang gadis bahkan sampai memegangi pipinya sendiri sebelum menjawab. "Welcome home, sayang. Jangan tinggalin aku lagi ya. Aku gak bisa jauhan terus sama kamu".

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang