DUA BELAS - Awal.

694 70 3
                                    

Kala semalaman suntuk tidak bisa tidur, matanya segar total setelah mendengar pernyataan dari Nara soal perasaannya terhadap gadis itu. Hari ini dirinya bertekad, ia akan puasa Nara dulu, alias tidak bertemu Nara dulu selama sehari untuk menenangkan batinnya.

Lelaki itu pagi-pagi sekali sudah mengirim pesan untuknya.

'Nara'

Morning, Kal. Kamu udah bangun? Jangan lupa sarapan ya.

Senyum Kala mengembang membacanya, segera jemarinya mengetik balasan.

                                                                          'Kala'

    Morning. I just woke up. Iya, kamu juga ya.

Tidak sampai sepuluh detik, ponsel gadis itu sudah bergetar lagi.

'Nara'

Iya, cantik. Hari ini aku kerumah kamu ya?

Tidak. Kala hari sudah bertekad akan puasa bertemu Nara dulu. Gadis itu perlu menenangkan dan menjernihkan pikirannya sejenak dari lelaki itu. Ia harus bilang.

                                                           'Kala'

                                Nara, can we like.. Not seeing eachother today? I need time to process everything happened to us. Cuma hari ini kok, janji.

Jantung Kala berdegup lumayan kencang, takut kalau Nara akan menangkapnya dengan persepsi yang salah dan tersinggung. Tapi ia tahu lelaki itu lebih dari siapapun, ia tahu seharusnya Nara akan mengerti.

'Nara'

Really? Hmm.. Okay :(
promise me it's only for a day?

Hati Kala meluluh saat membacanya, ia segera mengirimkan balasan untuk lelaki itu.

'Kala'

I promise. We can meet tomorrow.

Kala membuang nafasnya lega. Setidaknya hari ini ia bisa menetralkan hati dan pikirannya dari Nara dan segala kejutannya. Ia sungguh perlu pembiasaan untuk Nara yang baru.

'Nara'

Okay, cantik. Enjoy your day, I'll be missing you...

Ini mungkin akan menjadi awal bagi mereka berdua. Sebuah chapter baru dimana keduanya menghadapi satu fase yang jauh dari sebelumnya. Entah apa hubungannya dan Nara sekarang, yang jelas biarlah nanti waktu yang menjawab. Toh, Nara juga tidak menuntutnya untuk terburu-buru memiliki perasaan yang sama.

Gadis itu membuang nafas panjang dan menatap kosong kearah langit-langit kamarnya. Nara menyayanginya, lebih dari sekedar sahabat. Nara mencintainya. Kenyataan ini masih sulit dicerna otaknya. Pasalnya otaknya sudah memagari segala perasaan lain untuk Nara, bagaimanapun hatinya mencoba.

Tapi kini, setelah Nara minta izin untuk berjuang, kerangka yang tercipta di kepala Kala ia biarkan terlepas. Kalau memang bisa, ia ingin membalas perasaan itu. Walau rasanya aneh, tapi tidak ada yang salah dari belajar jatuh cinta, kan?.

———

Hari ini Kala habiskan dengan berjalan-jalan menikmati 'me time' nya. Mulai dari pergi ke salon, jalan-jalan ke bookstore dan berakhir dengan membeli kopi favoritnya. Ia benar-benar ingin membebaskan pikirannya dari apapun yang telah membebaninya akhir-akhir ini.

JIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang