Hujan diluar turun begitu deras disertai petir yang saling bersambar. Kala yang tengah menyibukkan diri dengan membaca novel barunya itu sedikit berjengkit mendengar gemuruh diluar. Ia melongok sebentar kearah jendela untuk melihat keadaan diluar dorm, suasana nya cukup buruk. Gadis itu langsung terpikir akan Nara yang sampai detik ini belum juga kembali. Setelah perdebatan cukup panjang tadi pagi, pada akhirnya Kala berhasil membujuk Nara untuk kembali aktif di perkuliahan.
Alhasil Kala seharian ini hanya menyibukkan diri di dalam dorm, sesekali keluar hanya untuk mengambil order makanan yang ia pesan. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 8 namun belum juga ada tanda kepulangan dari Nara, membuat Kala berulang kali mengecek ponselnya. Hingga pada akhirnya, tepat pukul 9 malam, password dorm Nara berbunyi, menandakan lelaki itu pada akhirnya kembali. Kala langsung berlari untuk menghampiri sang kekasih, namun terhenti saat melihat ada orang lain yang masuk bersamaan dengan Nara.
"Hey, Kal.. Maaf aku telat baliknya". Ucap Nara dengan mata berbinar.
Mata Kala meneliti pemandangan didepannya, tertegun akan penampakan Nara dan seorang gadis berparas cantik yang juga menatapnya. Pakaian keduanya basah, sepertinya akibat menerobos hujan diluar. Satu hal yang menimbulkan nyeri di hati Kala; sang gadis mengenakan jaket yang ia yakini milik Nara yang tadi pagi lelaki itu kenakan.
Nara mempersilahkan sang gadis masuk. "Masuk, Ran. Sori berantakan. Oh, iya itu cewek gue, Kala namanya, kenalin".
Kala bahkan masih membatu ditempatnya saat Rana maju untuk menjabat tangannya. "Hi, Kal. Nice to finally meet you".
Kala menatap kearah tangan itu dan pada akhirnya menjabatnya. "Eh, iya. Kala".
"Dia temen ku sesama dari Indonesia, Kal. Tadi balik dari ngerjain tugas keujanan, jadi mau numpang ganti baju". Jelas Nara.
Kal? Kemana panggilan sayangnya?
Batin Kala terus menyuarakan seribu pertanyaan, terlebih ketika Nara memintanya meminjamkan baju kering untuk Rana. "Rana boleh pinjem baju kamu? Kasian dia kalo balik pake baju basah. Kalo gak boleh gak apa-apa, nanti ku pinjemin bajuku".
"Boleh". Jawab Kala singkat sebelum beralih ke lemari, meraih baju miliknya untuk diberikan ke Rana.
Rana yang masih duduk kikuk di sofa tersenyum saat Kala memberikan pakaiannya, gadis itu tak lupa berterimakasih. "Makasih banyak, Kal. Aku izin pakai kamar mandinya, ya".
Nara sendiri mulai melepas pakaiannya di kamar, membuat Kala menghampirinya dan menutup pintu kamar itu.
"Ngapain ngajak temen kesini tiba-tiba?". Tanya Kala.
Nara menyembulkan wajahnya dibalik kaos yang tengah ia kenakan. "Bajunya basah, Kal".
"Terus nanti kamu anterin pulang juga?". Tanya Kala lagi, emosi mulai menyulut gadis itu.
Nara berpikir sejenak. "Gak tau, nanti ku tanya dulu dia baliknya gimana".
Seusai mengucapkan itu, Nara menyelesaikan agenda berganti pakaiannya dan berjalan untuk mengecup bibir Kala sejenak. Lelaki itu kemudian segera keluar dari kamar, meninggalkan Kala yang masih terpaku.
———
Cemburu.
Mungkin itu kata yang paling tepat mendeskripsikan perasaan Kala kali ini. Ia benar-benar belum pernah menyaksikan Nara bersikap lembut pada wanita lain selain dirinya dan sang Mama. Kala tidak terbiasa melihat Nara memandang gadis lain seperti saat lelaki itu memandangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JIWA
RomantizmAku sudah pernah bilang, kamu boleh pergi jika kamu lelah. Tidak apa. Jika bersamaku memang menyiksamu, lepaskan saja. Tidak apa. Tapi ingat, pergilah ke tempat yang bisa ku tuju. Ingatlah untuk menarikku kembali, bersamamu. Karena jiwa kita sepasa...