TIGA PULUH SATU - Jatuh

913 79 1
                                    

Slight 🔞 ya, be wise!

———

Nara melangkah masuk menuju gedung kampusnya dengan riang, lelaki itu terlihat begitu bersemangat hari ini. Sesuatu seakan terus menerus membuncah dari dalam dadanya, membuat harinya terasa lebih berwarna dari biasanya. Lelaki itu melangkah masuk kedalam ruang kelasnya dan melihat kesekitar, beberapa bangku sudah terisi dengan orang-orang yang sudah lebih dulu datang, menyisakan beberapa bangku di pojok yang jauh dari jarak pandang papan tulis.

Nara mengedarkan pandangannya hingga bertemu dengan manik mata Kirana atau Rana yang sudah lebih dulu menatap kearahnya, gadis itu tersenyum dan mengangguk sopan. Nara menimbang berulang kali didalam kepalanya, haruskah ia duduk disebelah Rana?. Pada akhirnya kakinya melangkah menuju bangku kosong disebelah gadis itu.

"Boleh duduk sini?". Tanya Nara, yang langsung mendapat anggukan dari Rana.

"Boleh kok". Jawab Rana singkat.

Nara menaruh tas punggungnya diatas meja dan duduk tepat disebelah gadis itu, matanya kemudian berfokus pada sang dosen yang tiba-tiba saja masuk kedalam ruang kelas. Rana dengan sigap membuka buku mata kuliahnya dan mendengarkan dengan seksama.

Mata Nara menangkap buku-buku yang terjajar rapi di meja Rana dan bertanya. "Kok lo udah dapet buku mata kuliah sih?".

Fokus gadis itu terpecah. "Oh, iya gue minta ke admisi, emang lo belom minta?".

Lelaki itu menggeleng. "Belum, gue aja baru tau kita dapet buku".

"Nanti minta aja, gratis kok. Nanti gue temenin kalo bingung". Ucap Rana menjelaskan.

Gadis itu turut menggeser bukunya untuk berbagi dengan Nara. Nara reflek melirik kearah Rana yang sudah tersenyum kepadanya. "Pake bareng dulu aja". Ucap gadis itu.

"Thanks ya".

———

Nara sibuk mengutak-atik laptopnya sejak tadi, lelaki itu memang bisa dibilang cukup gaptek urusan elektronik, jadi saat Kala memintanya mengatur settingan laptopnya agar mereka bisa nonton film bersama dari jarak jauh, ia kelimpungan.

"Aku beneran gak ngerti nih, gimana sih caranya?". Tanya Nara sembari terus meneliti isi layar laptopnya.

Kala terdengar bersungut dari ujung sana. "Ih kan tadi aku udah kirim video tutorialnya. Tinggal ikutin aja".

"Iya tapi aku bingung, sayang". Ucap Nara.

Kala terdiam dan tersipu, panggilan sayang untuknya disaat mereka sudah resmi menjadi sepasang kekasih membuat hatinya berdetak tak karuan rasanya.

"Kok diem sih? Malu ya aku panggil sayang?". Ledek Nara saat menemukan pipi tomat gadisnya sudah memerah.

Kala menutup wajahnya yang panas. "Diem ah, Nara".

Nara sengaja mendekatkan wajahnya ke layar laptop untuk menggoda gadisnya itu. "Gimana aku mau diem kalo pacarku segemes ini?".

"Nara". Panggil Kala dengan nada memperingati.

"Iya sayang". Sahut Nara ringan.

Gadis itu semakin bersungut. "Ck, ini kita jadi nonton gak sih? Kenapa malah jadi ledekin aku terus".

"Abis kamu belom panggil aku sayang, sih". Ledek Nara lagi.

"Nara aku matiin ya video call-nya". Balas Kala dengan wajah semerah tomat.

Nara tertawa kencang mendengar sungutan gadisnya itu. "Jangan dong, sayang. Aku tuh seharian kangen loh sama kamu, masa kamu tega ninggalin aku lagi kangen akut gini?".

JIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang