DELAPAN BELAS - Facial Mask.

697 56 3
                                        

Kala bangun dengan sedikit bersungut. Ponselnya sejak tadi tak mau berhenti berdering. Matanya masih lengket, seperti belum bisa terbuka dengan baik. Dengan mata yang masih terpejam, gadis itu mengangkat panggilan yang masuk.

"Halo". Sapanya, dengan suara yang masih serak khas bangun tidur.

"Hai, baru bangun ya?". Suara disebrang sana terdengar familier, namun masih cukup asing di telinga Kala. Otaknya coba mengingat-ingat namun gagal.

"Siapa ya?". Tanya gadis itu.

Suara itu terkekeh. "Nomor saya belum di save juga ya? Atau kamu udah lupa sama saya?".

Kala otomatis melek dan mengecek layar ponselnya. Matanya langsung segar saat dilihatnya nama 'Dion' terpampang disana.

"Eh, Dion. Maaf, aku tadi gak liat nama penelponnya". Ujar Kala malu, ia berangsur bangkit dari tidurnya.

"Gak apa-apa, cuma kirain udah lupa sama saya".

"Enggak".

"Jadi gimana? Mau?". Tanya Dion tiba-tiba.

Gadis itu mengerjapkan mata berulang kali. "Mau apa?".

Dion kembali terkekeh. "Aduh saya gemes. Itu, semalem kan saya ajak kamu nonton, tapi belum kamu jawab-jawab sampe sekarang".

"Oh.. Ya ampun, maaf aku lupa".

"Iya, saya tau, makanya saya telfon. Gimana? Mau?". Tanya Dion lagi.

Kala berpikir sebentar, otaknya yang masih belum terkoneksi dengan baik itu mencoba memproses. "Hmm.. Boleh aja sih".

"Okay. Kalo gitu saya pesan tiketnya sekarang". Ujar lelaki itu.

Kala tertawa mendengarnya. "Buru-buru banget? Kan masih 2 hari lagi".

"Saya maunya well-prepared. Terlebih untuk kamu. Saya gak mau ada miss".

Apa-apaan ini, hari masih pagi tapi Kala sudah dibombardir kata-kata manis. Nampaknya gadis itu akan kenyang sarapan perlakuan manis Dion.

"Anyway, kalo gitu saya lanjut kerja lagi ya. Saya tadi cuma mau mastiin itu aja. Maaf jadi ganggu tidur kamu". Dion kembali berucap.

"Engga, gak ganggu kok. Yaudah, selamat kerja ya, Dion". Balas Kala.

"Iya, see you this weekend, Kala". Ucap Dion memutus panggilan.

Kala bergerak menuju ke jendela kamarnya, cuaca hari ini mendung dan berawan. Dilihatnya di sudut kamar, buket bunga pemberian Nara kemarin yang masih tersimpan rapi dan agak layu.

Buru-buru gadis itu mencari pot kaca dan diisinya dengan air, Kala lalu memindahkan bunga pemberian Nara ke vas kaca miliknya. Membiarkannya agar hidup lebih lama. Senyumnya terukir, jemarinya meraih kelopak-kelopak bunga yang mulai layu itu. Nara memang selalu bisa membuatnya special.

———

Dua hari ini, Kala hanya berdiam diri dirumah. Ia melaksanakan niat rehat sebelum kembali kuliah dengan memasak, beres-beres rumah dan bersantai. Nara seperti biasa datang kerumahnya dan turut membantu.

Keduanya sibuk mengiris bahan masakan di dapur saat kegiatan memasak berlangsung, beberapa kali Kala berteriak ketika Nara dengan usil mencolek pipinya dengan saus tomat. Yang berakhir dengan kejar-kejaran dan jatuh berantakannya buah-buahan yang Ibu Kala baru beli dari supermarket.

JIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang