Langit Jerman malam itu sangat indah, bergelimang bintang yang saling berkelip berdandingan dengan bulan yang mengintip dengan malu. Sudah hampir setengah jam Kala berdiri menyender di jendela kamar dorm Nara, menikmati pemandangan langit yang memanjakan matanya. Nara sendiri sejak tadi sibuk mengerjakan tugas kuliahnya, sampai tidak sadar kalau pemandangan cantik di hadapannya itu sudah mematung untuk waktu yang cukup lama. Nara mengigit ujung pulpennya, terpukau atas indahnya gadis miliknya yang sampai sekarang masih terasa tidak nyata ada dihadapannya.
Memangnya tuhan ciptakan malaikat untuk hidup di bumi ya? Atau malaikat yang satu ini tidak sengaja jatuh ke bumi dan tidak bisa kembali lagi kelangit? Makanya ia terus-terusan menatap ke langit. Otak Nara terus bernarasi saat melihat kekasihnya itu.
"Kala". Panggil Nara lembut, menyadarkan lamunan sang gadis.
Kala menoleh, sebagian wajahnya tersapu sinar bulan yang terpancar, menambah indahnya ia di mata Nara. "Udah belajarnya?".
Nara menggeleng. "Sedikit lagi, sayang. Sini, duduk deket aku. Gak pegel daritadi berdiri disitu?".
Kala memilih menurut, gadis itu melangkah mendekat kearah Nara dan memilih duduk bersebelahan dilantai. Nara turut menyambutnya, mengelus rambut panjang Kala dan membawanya sebagian ke punggung gadis itu.
"Kamu cantik banget, dari tadi aku gak fokus ngerjain tugas". Komentar Nara, masih menyapa halus surai gadisnya.
Senyum kecil terpatri di sudut bibir Kala. "Gombal".
Nara tak tahan, ia membawa senyum itu untuk bertemu dengan bibirnya sendiri, mengecupnya lembut penuh perasaan. "How lucky I am, being in love and loved by my own bestfriend".
"Tumben romantis, ada maunya ya?". Tanya Kala usil.
Suara tawa bariton Nara terdengar merdu di telinga Kala. "Padahal aku lagi nyatain isi hati, malah dibilang ada maunya".
Kali ini, gantian Kala yang mengecup bibir Nara singkat. "Maaf ya, ganteng".
"Kal". Panggil Nara lembut.
Kala menatap dua bola mata Nara intens, cinta terpampang jelas disana. "Hm?".
"Can we be like this, forever?". Tanya Nara tiba-tiba.
Kala terkekeh lagi. "Ya gak bisa. Kan sebentar lagi aku harus pulang".
"Bukan, maksudku... Hubungan ini. Aku sama kamu". Ralat Nara, mencoba menjelaskan.
Kala masih menatap intens netra Nara, mencoba membaca isi hati lelaki itu. "Kenapa ngomong gitu tiba-tiba?".
Tatapan Nara makin melembut, sebelum akhirnya menunduk untuk menghentikan koneksi mata mereka berdua. "I don't know. Semenjak milikin kamu, aku rasanya serba takut. Takut kamu pergi, takut kamu sama orang lain, takut hubungan kita kenapa-napa. Aku rasanya jadi makin.. Posesif. Sama kamu. Sama hubungan kita".
Kala meneliti kata per kata yang keluar dari mulut Nara, mencoba menyeimbangkan hati dan perasaannya dengan milik kekasihnya itu. Sudut bibirnya naik, membentuk senyum yang sengaja ia berikan untuk Nara. "Wajar, sayang. Namanya sekarang kita pacaran, pasti sikapmu bakal lebih protektif sama aku. Tapi yang jelas, kamu perlu tau kalo aku udah milih kamu, dan aku gak akan kemana-mana".
"Aku takut, kehilangan kamu, Kal". Bisik Nara lagi, lirih. Lelaki itu kini menempelkan kening mereka, mencoba menyampaikan suara hatinya.
Kala menggeleng pelan. "You will not lose me. Not as a bestfriend, nor as a girlfriend".
"Janji sama aku, selamanya kayak gini ya, Kal. Jadi sahabat sekaligus pasangan hidupku, sampai nanti nikah, punya anak, punya cucu. Sama aku terus ya, Kal?". Bisik Nara lagi, masih setia mempertemukan kening mereka.
Kala menakup wajah lelaki di hadapannya sebelum menjawab. "Janji".
Dan pada akhirnya, janji itu mereka kunci dengan sebuah ciuman dalam. Perasaan masing-masing mengalir, tersalur di sentuhan satu sama lain. Kala bahkan tidak menyadari tatkala pakaian mereka sudah berserakan tak beraturan di lantai, karena cinta terlalu mendominasi keduanya. Nara memujanya, menanamkan cinta di setiap jengkal diri Kala, tidak sedikitpun meninggalkan sisa disana. Janji akan selamanya, disaksikan oleh sang rembulan yang masih mengintip, mudah-mudahan menjadi kalimat sihir yang nantinya akan terwujud dengan pasti.
———
Nara bangun dan meraba tempat kosong di sisi kasurnya, matahari sudah menusuk matanya sejak tadi ia masih tertidur. Lelaki itu bangkit untuk mengecek bahwa yang terjadi semalam bukan khayalannya saja, Kala yang berada di dekapannya semalaman penuh dengan sisa peluh akibat kegiatan bercinta mereka semalam. Nara mengambil boxer dan kaos yang semalam ia biarkan tertinggal di lantai, kemudian memilih untuk mengecek bagian kamar mandi. Namun Nihil, gadisnya tidak disana.
Belum sempat Nara menelepon Kala, suara seseorang menginput password pintunya terdengar. Tak berseling lama, Kala muncul dengan tentengan di tangannya. Senyumnya menyapa tanpa perlu disuruh.
Nara langsung maju untuk menghampiri dan membawa gadisnya itu kedalam pelukan. "Kamu kemana sih?".
"Habis beli sarapan buat kamu". Jawab Kala sembari menunjukkan kedalam belanjaannya.
Nara melongok kearah tas belanja Kala dan memanyunkan bibirnya. "Aku kira kamu tiba-tiba pulang ke Jakarta".
"Belom dong, sayang. Kan flight ku masih minggu depan". Ucap Kala menenangkan.
Nara makin merangsek kedalam pelukan gadis itu. "Makanya jangan bikin takut. Bangunin aku kalo mau kemana-mana tuh".
"Aku gak tega, kamu tidurnya nyenyak banget kayak kecapekan". Jelas Kala.
"Capek lah, abis kamu tunggangin semalem". Komentar Nara enteng.
Kala membekap bibir Nara cepat dengan tangan kanannya. "Stop the talk. Masih pagi".
"Kata siapa ya, morning sex is the best type of sex in the world?". Goda Nara lagi setelah meloloskan diri dari bekapan Kala.
Pipi Kala memerah. "Diem kamu".
"Yaudah diem, tapi disayang ya".
"Enggak".
"Ck. Semalem katanya sayang banget waktu lagi diatas aku?". Balas Nara usil.
Lagi-lagi pipi tomat itu muncul, semburat merah tak lagi tak bisa disembunyikan. "Nara, stop gak? Aku pulang ya kalo kamu usil terus".
"Ih, ngancemnya jelek".
"Biarin, kalo gak kamu gangguin aku terus. Pipi aku panas tau, pasti udah merah kan?". Omel Kala.
Nara mengecup pipi merah itu, berniat meredakan panas disana. Tapi ia tak menyadari, bahwa yang ia lakukan hanya menambah semburat merah lainnya disana.
"Tapi kalo aku, gak akan narik kata-kata aku semalem, Kal. I'm lucky to have you". Komentar Nara, masih memeluk gadisnya.
Kala mengelus punggung Nara yang berlapiskan kaos tipis berwarna putih. "Aku juga gak akan narik kata-kata aku semalem, Nara. Aku sayang sama kamu, selamanya".
"Selamanya?". Tanya Nara memastikan.
Kala mengangguk. "Selamanya".
———
Anyway! I made another story for Taennie x Jenkook judulnya "ARRIVAL DATE".
Akan mulai posting daily kayak cerita yang lain starting besok. Might aswell u guys wanna read it too😝

KAMU SEDANG MEMBACA
JIWA
RomanceAku sudah pernah bilang, kamu boleh pergi jika kamu lelah. Tidak apa. Jika bersamaku memang menyiksamu, lepaskan saja. Tidak apa. Tapi ingat, pergilah ke tempat yang bisa ku tuju. Ingatlah untuk menarikku kembali, bersamamu. Karena jiwa kita sepasa...