PART INI 🔞🔞🔞 YA!
Silahkan di skip jika tidak mau kepanasan.😜———
Mereka terdiam. Tidak ada satupun yang berani bergerak. Luka di hati Nara rasanya menyebar cepat ke seluruh tubuhnya, membuat bagian tubuh lainnya terasa pilu. Nara merasa dirinya terlalu naif, harapannya terlalu tinggi. Memangnya siapa dia? Memangnya layak? Bisa-bisanya ia berharap perasaannya berbalas.
Selama ini, kehadirannya berarti nihil. Ingin rasanya ia menyerah, tapi hatinya belum sanggup kalau harus kehilangan Kala di hari-harinya. Jadi, kali ini pun ia akan berkorban. Mengorbankan perasaan yang perlahan mulai mengoyak jiwanya. Ia memilih untuk mengalah, untuk kesekian kalinya.
Diraihnya jemari Kala. Ditempelkannya jari-jari itu ke wajahnya. Nara masih terdiam, belum sanggup menyuarakan hatinya.
"Nara..". Panggil Kala lagi.
"Kamu bener..". Ucap Nara pelan, matanya terpejam, meresapi segala rasa sakit di dalam rusuknya.
Kala membawa tangan satunya untuk menaikkan wajah Nara, agar ia bisa menatapnya.
"Kamu bener, Kal. Tapi kenapa sakit banget ya rasanya?". Ujar Nara lagi.
Hati Kala mencelos, ia maju utk membawa Nara kedalam pelukan. Berharap bisa meredakan rasa sakit di dalam diri lelaki itu. Dibawanya kepala lelaki itu untuk bersandar di pundaknya, diusapnya bagian belakang kepala Nara pelan, memberikan ketenangan. Tangan satunya masih memegang wajah Nara, membiarkannya disana lebih lama lagi.
Diam kembali menghanyutkan keduanya. Hanya ada suara jantung mereka yang berdetak bersama, tidak ada yang mampu berkata-kata lagi. Nara berulang kali merapalkan kalimat di kepalanya. Semua akan baik-baik saja. Walaupun kenyataannya tidak.
Pada akhirnya, Nara mengangkat kepalanya, nafasnya jelas terasa di pipi Kala. Gadis itu gantian terpejam, canggung akan jarak yang terlalu sempit ini.
"Kal? Buka matanya, liat aku". Ucap Nara.
Mata gadis itu terbuka perlahan, menatap Nara yang jaraknya kini hanya beberapa senti darinya.
"Aku minta maaf, aku berlebihan". Ucap Nara tulus.
Kala melihat bagaimana luka tergambar jelas di mata lelaki didepannya. Batinnya seakan hancur. Kala meletakkan telapak tangannya di dada Nara, berharap bisa menyembuhkan lukanya.
"Aku gak punya hak untuk marah sama kamu. Aku bukan siapa-siapa kamu. Kamu bebas berteman sama siapapun, aku gak boleh membatasi kamu bergerak". Lanjut Nara, nadanya begitu pilu.
Lelaki itu menempelkan keningnya ke kening Kala, semakin mengais jarak yang sudah tipis. "Aku percaya sama kamu. Aku gak akan berhenti berusaha. Seenggaknya nggak sekarang, aku belum bisa kehilangan kamu".
Kala mendengarkan, hatinya seakan ikut dirobek habis bersamaan dengan milik Nara. Airmata sudah menggenang di pelupuk matanya, perlahan meleleh turun ke pipinya.
"Maafin aku..". Ucap Nara lagi, entah untuk apa lelaki itu meminta maaf, karena detik selanjutnya Kala menyadari dirinya direngkuh.
Nara menciumnya, menyatukan bibir mereka dalam ciuman yang penuh rasa sakit. Kala kaget bukan main menerima perlakuan ini, otaknya membeku tak mampu berpikir. Biarlah tubuhnya yang mengambil alih, pikirannya benar-benar tidak dapat bekerja.
Dibalasnya ciuman Nara, bibir mereka saling berpagutan dan bergerak perlahan, tangan Kala merambat menuju ke tengkuk Nara, membawanya jauh lebih dekat lagi. Nafas mereka memburu, seakan berebut untuk mendapatkan oksigen.
Tangan Nara bergerak menuju ke pinggang gadis itu, melingkar posesif seperti memiliki. Nara melepas ciuman itu sebentar, membiarkan Kala mengikuti bibirnya. Lalu, ditempelkannya bibir mereka tanpa menyesap.
KAMU SEDANG MEMBACA
JIWA
RomanceAku sudah pernah bilang, kamu boleh pergi jika kamu lelah. Tidak apa. Jika bersamaku memang menyiksamu, lepaskan saja. Tidak apa. Tapi ingat, pergilah ke tempat yang bisa ku tuju. Ingatlah untuk menarikku kembali, bersamamu. Karena jiwa kita sepasa...