DUA PULUH ENAM - Tentang Exchange.

904 78 1
                                    

Setelah makan siang, Kala memutuskan untuk segera pulang. Nara sudah berjanji untuk mengantarnya pulang meski gadis itu menyetir mobilnya sendiri kesini semalam. Usai berpamitan dengan kedua orangtua Nara, mereka keluar dan berjalan beriringan menuju ke mobil.

Setelah sampai di dalam mobil, Kala langsung membuka omongan. "Maksud Papa kamu apa tadi? Exchange apa?".

Nara menyalakan mesin mobil dan mulai menyetir. Hari itu ia menggunakan topi,  hingga Kala tidak bisa melihat dengan jelas mata dan ekspresi lelaki itu.

"Nara, jawab". Desak Kala.

"Aku dapet tawaran exchange dari kampus, tapi sampe sekarang belum aku bales". Jawab lelaki itu pelan.

Gadis itu terkejut. "Hah?! Kapan? Kok aku gak tau? Exchange kemana?".

"Jerman". Jawab lelaki itu singkat.

Mata Kala membesar. "Jerman? Sejauh itu?".

Nara hanya terdiam, tidak mengeluarkan satu suara apapun.

"Kok kamu gak bilang apa-apa ke aku? Kenapa aku gak dikasih tau, Nara?". Nada gadis itu menuntut, suaranya bergetar seakan menahan emosi.

"Kemarin makanya aku kerumah kamu. Buat kasih tau soal ini, aku juga masih bingung soalnya, antara ambil atau nggak. Kalo aku ambil, aku bakal ada di Jerman selama 6 bulan". Jelas Nara.

Gadis disampingnya menelan kenyataan pahit. Jadi ini hal penting yang kemarin Nara ingin sampaikan? Mengapa rasanya begitu getir di lidah. Berpisah dengan Nara selama 6 bulan bukanlah waktu yang sebentar. Ini juga terlalu tiba-tiba. Rasanya Kala belum siap.

"Kapan kamu dapet tawaran ini?". Tanya Kala lagi.

"Dua minggu yang lalu". Ucap Nara.

"Dua minggu? Kenapa baru bilang sekarang?". Tanya Kala nyalang.

Nara menghembuskan nafas panjang. "Kamu kira gampang ngomong hal kayak gini ke kamu? Aku juga berat, Kal. Aku banyak takutnya, takut salah. Takut kamu marah, takut juga aku belum siap pisah untuk kurun waktu yang lama. Takut salah ambil keputusan".

Bagai dicambuk tepat di hatinya, omongan lelaki itu meresap kedalam relung hati Kala. Ternyata bukan hanya ia yang cemas, lelaki itu pun merasakan hal yang sama.

"Kapan berangkatnya?". Tanya Kala gelisah.

"Kalo aku apply sekarang, 3 minggu lagi aku berangkat". Jawab Nara.

"Terus disana 6 bulan? Kamu tinggal dimana.." . Ucap Kala khawatir.

"Kal, aku belum ada persiapan apapun. Cuma baru ada niat buat berangkat kesana. Udah itu aja". Tegas Nara.

Kala terdiam. Tiba-tiba ia takut untuk berpisah, takut kalau jarak akan membuat mereka menjauh. Takut jika Nara jadi lupa dengannya, takut jika.. Nara bertemu oranglain.

"Kala, do not overthink. Aku bahkan belum mutusin apapun, I'm still here. Udah ya? Jangan dipikirin". Ucap Nara, sembari meraih jemari Kala dan mengecupnya.

Kala masih terdiam, menghindari tatapan Nara yang terus membidiknya. "Hey". Panggil Nara lagi.

Nara memutuskan untuk meminggirkan mobilnya, tangannya menakup wajah Kala yang masih cemas itu, dikecupnya bibir gemas gadis dihadapannya. "Aku masih disini, jangan dipikirin dulu ya".

JIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang