Nara bangkit, menarik selimut untuk menutupi tubuh Kala yang setengah polos berjalan santai untuk membuka pintu. Tak lupa ia memungut kaosnya dari lantai dan mengenakannya. Nafasnya masih terengah, ia membuka pintu sampai setengah dan menongolkan wajahnya.
"Kenapa?". Tanya Nara pada Dizar yang kini berdiri menatapnya dengan tatapan tak percaya.
"Really, Dek? Gue bisa denger dari sebelah". Tutur Dizar dengan alis terangkat.
Nara memijat belakang lehernya yang tidak pegal. "Hehe, sorry..".
"Hati-hati, masih mending gue yang denger bukan Papa". Ujar Dizar mengingatkan.
"Iya, thank you, Bro". Ucap Nara pelan.
Dizar hanya geleng-geleng melihat kelakuan adiknya, lalu memutuskan untuk pergi. Nara kembali menutup pintu, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kala sudah duduk sambil menyenderkan tubuh di headboard kasur dan bergelung dengan selimut sampai ke lehernya saat Nara kembali.
"Kenapa?". Tanya gadis itu, alisnya bertaut.
Nara mendekat kearahnya, kemudian menyatukan kening mereka. "Gak apa-apa. But, maybe we should stop, it's not safe to do it now".
"Aku berisik banget ya? Dizar denger?". Tanya Kala cemas.
Nara tertawa gemas mendengarnya, dikecupnya pipi gadis itu. "We've been caught".
Kala menutup wajahnya dengan selimut. Ia sungguh malu dengan kejadian yang baru saja terjadi. Rasanya ingin menghilang selamanya dari muka bumi saja, ia tak tahu bagaimana harus bersikap nanti jika bertemu Dizar.
"Aku mau pulang". Cicit Kala dibalik selimut.
Nara masih sibuk menertawainya gemas, Ia kemudian memilih untuk merebahkan dirinya dalam posisi tengkurap, memandangi wajah gadis itu yang masih tertutup selimut.
"Mau ngapain sih buru-buru banget?". Ledek Nara.
"Aku malu, Nara". Cicitnya lagi.
Nara sibuk cekikikan melihat ekspresi gadis dihadapannya.
"Malu kenapa sih? Gak usah malu".
"Nanti kalo aku ketemu Dizar, gimana? Mau ditaro dimana muka ku".
"Gak usah mikirin ketemu Dizar, pikirin aku aja".
Kala refleks melempar Nara dengan bantal, sebal karena lelaki ini begitu santai menanggapinya.
Nara kemudian menyodorkan tangannya, meminta tangan Kala. Gadis itu secara otomatis menerima genggaman tangan Nara. Dibawanya punggung tangan Kala ke bibir lelaki itu untuk diberi kecupan, berulang kali sampai cemas gadis itu mulai luntur.
"It's okay. We're gonna be fine". Ucap Nara lembut.
Hati Kala menghangat. Ada satu perasaan yang sangat kuat yang menjalar di hatinya, tapi gadis itu belum memutuskan perasaan apakah itu.
"Makasih ya. Thank you for trusting me. You don't have to say it back, but I love you, Kala. So much. You don't even know how deep it is". Lanjut Nara.
Seperti sebelumnya, Kala terdiam. Debaran di jantungnya sangat kencang, bahkan ia bisa merasakannya. Perasaan ini, apakah ia sudah mulai jatuh cinta? Atau ini hanya bias?. Kala belum yakin dengan dirinya sendiri, masih terlalu baru untuk menganalisa perasaan dalam dadanya ini.
———
Nara turun duluan untuk makan siang bersama, disusul oleh Kala yang turun dengan menggunakan baju turtle neck milik Nara yang nampaknya masih tetap kebesaran di tubuhnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/303732108-288-k725849.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
JIWA
Storie d'amoreAku sudah pernah bilang, kamu boleh pergi jika kamu lelah. Tidak apa. Jika bersamaku memang menyiksamu, lepaskan saja. Tidak apa. Tapi ingat, pergilah ke tempat yang bisa ku tuju. Ingatlah untuk menarikku kembali, bersamamu. Karena jiwa kita sepasa...