TIGA PULUH - Officially Missing You

1K 75 2
                                    

Malam ini, Kala resmi tidak bisa tidur. Otaknya tak mau beristirahat setelah mendengar ucapan Dion tadi. Matanya terasa segar, hatinya seakan ada yang mengganjal. Masalah seakan datang menghampiri Kala secara bertubi-tubi. Belum selesai perang dinginnya dengan Nara, sekarang Dion membawa hal baru padanya. Kala memejamkan matanya untuk berpikir sejenak.

Tiba-tiba saja, ponsel itu berbunyi. Kala langsung meloncat dari kasurnya begitu menemukan nama 'Nara' disana. Jantung Kala berdegup kencang saat mendengar suara bariton milik Nara.

"Halo?". Panggil Nara, suara itu terdengar begitu lembut menyapa telinga Kala.

"Nara? Akhirnya aku denger suara kamu.. Kamu kemana aja?". Tanya Kala dengan nada khawatir.

Nara terdiam selama beberapa saat sebelum akhirnya menjawab. "Aku baru balik ke dorm, baru liat juga missed calls dari kamu".

Satu sudut di hati Kala seakan tertoreh mendengarnya. "Oh.. Iya. Kamu pasti sibuk ya disana. Hari ini udah mulai kuliah?".

"Belum, Kal. Baru mulai ngurusin administrasinya aja". Jawab Nara singkat.

Hati Kala sekali lagi tertonjok tatkala mendengar Nara tidak memanggilnya dengan panggilan-panggilan sayang yang biasanya akrab di telinganya.

"Nara.. Kamu.. Masih marah?". Cicit Kala pelan.

Terdengar nafas panjang dari Nara diseberang sana. "Kamu mau jawaban apa, Kal? Kamu mau denger aku bilang enggak? Aku gak marah, aku baik-baik aja, gitu?".

Kala menggigit bibirnya sendiri. "Enggak.. Aku tau kamu marah sama aku, maafin aku ya, Nara. Jangan kayak gini, aku sedih kalo kamu berubah".

"Gak ada yang perlu dimaafin kan? Toh kamu minta maaf atau nggak pun gak akan merubah kenyataan kalo kamu lagi deket sama cowok lain. Aku bisa apa, Kal?". Ujar Nara jujur, sepertinya isi hatinya tengah bersuara kali ini.

"Nara.. Aku gak lagi deket sama dia". Ujar Kala mencoba membela diri.

"Terus apa?". Tanya Nara balik.

Lidah Kala seakan tengah disengat, kaku tak bisa berkata. Ia hanya terdiam dalam renungannya sendiri, seakan tak berani mengucap sepatah kata-pun.

"Kamu sendiri gak bisa jawab kan, Kal?". Tanya Nara.

"Nara..". Panggil Kala lagi.

Nara kembali menghela nafas untuk yang kedua kalinya. "Kalo kamu mau tau gimana perasaanku sekarang, aku kecewa, Kal. Mungkin kamu pernah bilang, aku gak boleh batasin kamu temenan sama siapapun. Kamu juga pernah bilang kalo perasaanmu gak bisa dipaksakan untuk bisa bales perasaanku. Tapi, kalo kamu udah terang-terangan deket sama orang lain gini, buat apa aku terus berjuang, Kal? Kalo endingnya bakal nyakitin aku nantinya".

Kala seakan tertampar mendengar penuturan yang keluar dari mulut Nara. Lelaki itu berbicara dengan nada yang tetap lembut, seakan tidak terjadi apa-apa. Namun, semua point yang Nara sampaikan menusuk sampai ke relung hati Kala. Tepat menyasar ke jantungnya.

"Kamu kok ngomongnya kayak mau ninggalin aku sih, Nara?". Cicit Kala lagi.

Nara tidak menjawab, hanya menunggu. Entah apa yang lelaki itu tunggu karena pada akhirnya ia bersuara kembali. "Kalo endingnya kamu bakal sama laki-laki lain, buat apa aku nungguin kamu, Kal?".

Aku mau endingnya kamu. Hati Kala bersuara kencang sekali, namun bibirnya kelu tak mampu bergerak. Gadis itu tidak pernah mampu menyuarakan hatinya dengan lantang, entah apa penyebabnya. Ia bergerak gusar, mencoba menenangkan batinnya yang bergemuruh.

"Aku gak mau sama yang lain, Nara. Aku kangen kamu... Aku berani sumpah seharian ini di kepalaku cuma ada kamu". Tutur Moira pelan.

Nara terkesiap mendengar penuturan itu. Jantungnya langsung berdegup kencang mendengar ungapan Kala yang merindukannya. "Jangan bercanda, Kal. Gak lucu".

"Aku serius, Nara. Seharian ini aku gelisah nungguin kabar dari kamu. Aku telfon kamu dari pagi, tapi kamu gak jawab. Aku tahu kamu ngehindarin aku.. Aku gak tenang. I'm officially missing you, so bad". Jelas Kala meyakinkan.

Jantung Nara seakan mau pecah saat ini, entah sensasi apa yang ia rasakan namun seluruh tubuhnya seakan diangkat ke udara. "Fuck. I miss you too, Kala. I just can't imagine you being with somebody else, it's painful".

"Aku kan gak sama siapa-siapa. Cuma sama kamu, Nar". Cicit Kala lagi.

"Kal, cara ngomong kamu itu kayak mengindikasikan kita udah pacaran tau nggak sih? Jangan kasih aku harapan kalo kamu gak mau". Ucap Nara.

Kala menahan nafasnya selama beberapa detik. "Aku mau Nara".

Sambungan telfon itu hening selama beberapa saat, hanya suara nafas mereka yang terdengar di telinga masing-masing.

"Kal? Kamu sadar yang kamu omongin barusan kan?". Tanya Nara dengan nada tak yakin.

Jantung Kala sudah tidak bisa lagi diajak berkompromi rasanya. "Aku mau sama kamu, Nara. Aku mau jadi pacar kamu. Aku gak mau kamu ngejauhin aku".

"Bajingan!". Seru Nara dari sebrang sana.

"Kok aku dikatain?". Tanya Kala polos, nada bicaranya takut.

Nara buru-buru mengkoreksi. "Bukan, bukan ngatain kamu. Itu aku ngatain diri sendiri. Kal, aku ngimpi gak sih?".

Pipi Kala bersemu merah. "Enggak, Nara".

"Ini kenapa suara kamu jadi lebih merdu dari biasanya, sih? Aku jadi pengen pulang sekarang buat mastiin ini bukan mimpi". Ujar Nara.

Kala memegangi pipinya yang makin memanas. "Nara, ih. Aku malu".

"Coba bentar, biar resmi aku ulang ya. Giskala Bianca Adli, kamu mau jadi pacarku?". Tanya Nara.

Kala makin tersipu mendengar pertanyaan dari lelaki di ujung telpon itu. "Nara... Malu".

"Jawab dulu, malunya nanti lagi". Ujar Nara memaksa.

"Iya mau..". Jawab Kala pelan.

"Mau apa?".

"Jadi pacar kamu, Ginara".

"Fuck!". Umpat Nara lagi, lebih kencang kali ini.

Kala merasakan suara Nara menjauh, gadis itu bingung dan mencoba memanggil Nara. "Nara? Kok suaramu jadi kecil?".

"Maaf, tadi hpnya aku lempar ke kasur. Tanganku dingin banget ini, Kal. Can't believe you finally say yes". Jawab Nara jujur.

"Udah ah, Nara. Aku malu beneran ini". Cicit Kala lagi.

Nara tersenyum mendengarnya. "Iya, sayangku. Udahan aku bahasnya, yang penting sekarang kita pacaran kan?".

"Iya. Kamu mau nanya berapa kali sih, Nara?". Tanya Kala balik.

Nara tak sanggup menahan gelora di dadanya itu. "As many as I could, kamu gak tau udah berapa lama aku nunggu kata-kata itu dari mulut kamu. I can finally call you mine, my Kala".

Hati Kala seakan berbunga mendengar penuturan lelakinya itu.

"Makasih ya, cantik. You totally made my day. All my doubts disappear. I love you, my Giskala". Ucap Nara dengan suara baritone-nya.

"I love you, Ginara". Jawab Kala lembut.

———

JIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang