Nara tiba di Jerman pada pukul 8 pagi, bersyukurnya pesawat yang ia tumpangi landing dengan mulus dan sesuai dengan estimasi. Badannya lumayan terasa capek walaupun penerbangan itu nyaman, maklum lah perjalanan jauh selalu membuat dirinya jetlag.
Lelaki itu memilih taxi sebagai opsi perjalanannya menuju ke dorm, inilah sulitnya memilih berangkat belakangan, tidak bersama teman-teman sesama peserta exchange lainnya yang sudah berangkat duluan 3 hari yang lalu.
Nara mengaktifkan ponselnya dan langsung menelfon Kala, ingin memberi kabar pada gadisnya itu."Halo?". Sapa Kala diujung sana.
"Hey, cantik. Aku udah sampe nih, baru aja landing. Sekarang lagi di jalan mau ke dorm". Ucap Nara.
"Nara! Thank god, kamu udah sampe. Kamu naik apa ke dorm?". Sahut Kala dengan nada ceria.
Nara tersenyum mendengar suara itu. "Taxi, untungnya deket sih dari airport. Kamu lagi apa disana? I miss you already".
"Aku lagi mau berangkat kuliah.. Aneh banget rasanya bayangin gak ada kamu di kampus nanti. Cepet pulang, Nara". Gerutu gadis itu gemas.
Nara tertawa. "Kan aku baru berangkat?".
"Ya aku maunya kamu cepet pulang..". Rengek Kala.
"Iya, sayang. Nanti pulang yaa.. Tapi kok aku bilang kangen gak dijawab?". Ujar Nara gemas.
"Iya, I miss you more, Nara". Cicit Kala.
Satu sudut di hati Nara menghangat. "Nanti malem abis aku kuliah kita video call ya, sayang".
"Ih.. Kenapa gitu sih manggilnya". Ucap Kala gemas.
"Kenapa? Belom boleh ya panggil sayang?". Tanya Nara.
Kala terdiam sejenak dan bercicit. "Boleh aja, tapi kan aku malu".
"Gemes banget sih, kalo aku disana aku usel-usel pipinya sampe merah". Komentar Nara gemas.
"Udah ah, aku mau berangkat dulu nanti terlambat. Kamu hati-hati ya disana, makannya yang teratur. Jangan begadang terus". Pesan Kala.
Nara tersenyum. "Iya, cantik. Kamu juga yaa, take care".
Dan dengan itu panggilan mereka terputus. Nara mengistirahatkan kepalanya yang terasa berat. Dibalik kepergiannya ke Jerman, sebenarnya lelaki itu dirundung rasa khawatir yang tinggi. Ia takut sekali jarak ini akan membuat Kala jauh darinya. Ia takut lelaki yang berani mendekati Kala akan memanfaatkan kesempatan ini untuk semakin gencar memilikinya. Nara tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya ia kalau sampai itu terjadi, ia bahkan tidak mau membayangkan.
Pada akhirnya lelaki itu sampai di tujuannya, dorm itu terlihat nyaman dengan nuansa kamar yang minimalis. Setelah menerima kunci di resepsionis, Nara langsung meluncur masuk kedalam kamarnya untuk merebahkan diri. Semua ini masih terasa asing untuknya.
Ia kemudian memutuskan untuk bangkit dan membereskan segala perlengkapan yang ia bawa. Ruangan ini terasa kosong, tidak seperti kamarnya di Jakarta yang dindingnya ramai dengan tempelan hasil karya miliknya dan foto-fotonya dan Kala. Tapi Nara tidak lupa membawa satu bingkai foto mereka, yang kemudian ia letakkan di nakas kamarnya.
Hari ini ia seharusnya pergi ke kampus dan menyelesaikan berkas administrasi exchange nya, tapi tubuhnya terasa pegal setelah menempuh perjalanan Jakarta-Jerman semalaman. Jadi, ia memilih untuk menunda agenda itu ke besok dan beristirahat dahulu hari ini
———
"Jadi Nara 6 bulan di Jerman tuh, Kal?". Tanya Gittya pada Kala.
Mereka kini sedang berada di kantin kampus, baru saja menyelesaikan mata kuliah mereka tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
JIWA
RomanceAku sudah pernah bilang, kamu boleh pergi jika kamu lelah. Tidak apa. Jika bersamaku memang menyiksamu, lepaskan saja. Tidak apa. Tapi ingat, pergilah ke tempat yang bisa ku tuju. Ingatlah untuk menarikku kembali, bersamamu. Karena jiwa kita sepasa...