Aku sudah berdiri di depan pintu ruang dosen. Sebuah pintu besar yang berdiri kokoh di depan lorong. Pintu itu melambangkan kewibawaan dari sang pemiliknya.
Aku sudah mencoba mengulang bertanya berkali-kali dalam solat Istiharah. Semoga sekarang, Allah memberikan jawaban Nya yang terbaik. Jika Allah tidak menunjukannya dalam solat Istiharoh. Aku tidak akan pernah sudi untuk kembali ke ruang ini lagi.
Aku membawa satu tas tenis besar yang berisi semua buku-buku referensi untuk tesis, jurnal yang sudah diprint, bersama jurnal utama maupun jurnal pendukung. Yang terakhir adalah judul yang akan kuajukan untuk ujian tesis.
Selama satu minggu, aku sudah mempersiapkannya. Sepulang dari kuliah, aku langsung ke perpustakaan hanya untuk melihat semua judul tesis yang pernah ada dikampus. Malamnya, aku mencari jurnal-jurnal utama maupun jurnal pendukung tesis.
Kemudian aku mempelajari semua jurnal agar dapat menentukan judul tesis.
Bagaikan Rambo yang bersiap-siap akan bertempur. Aku menarik ikat kepala.
Sebelum mengetuk pintunya, aku mengeluarkan secarik kertas.
Yang bertuliskan sebuah doa. Dan membacanya.
قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي واحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي
Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul 'uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii'
Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, agar mereka mengerti perkataanku" (QS. Thoha: 25-28)
Setelah itu, aku mengaminkan dan membasuh muka dengan kedua tangan. Bersama dengan itu, pintu ruangan Pak Hamzah terbuka.
Matanya terbelalak lebar. Dia terkejut bukan main. Melihat ada seseorang yang sedang berdiri di depan ruangannya dan sedang membaca jampe-jampe. Dia mundur beberapa langkah ke belakang.
Melihat dia terkejut, aku pun ikut terkejut.
Walaupun sebenarnya aku bingung, apa yang terjadi dengannya.
"Apa yang kamu lakukan?" Serunya. "Jangan macam-macam kamu dengan saya ya?"
"Enggak, pak." Balasku spontan sambil ikut loncat-loncatan.
"Terus kamu mau ngapain?"
"Bimbingan, pak."
Mendengar kata 'Bimbingan', paniknya langsung mereda.
Dia menatap wajahku penuh keraguan selama tiga menit dengan muka berlipat.
Setelah Pak Hamzah kembali tenang. Dan berdiri dengan tegap.
"Oh, bimbingan." Jawabnya sambil melihat jam tangannya.
Kemudian dia berpikir sebentar.
"Baiklah. Masuk kalau gitu." Dia mempersilahkan aku masuk ke ruangannya.
Aku kembali duduk di kursi panas. Di kursi ini, aku sudah dua kali diusirnya. Tatapan dengan dilengkapi kumis baplangnya, menambah eforia kengerian di dalam ruanganya.
Pak Hamzah menarik napasnya panjang.
Dan seketika itu, terlontar dari bibirku, "Impact of human resource management practices on employees performance."
Matanya melotot, "apaan?" Protesnya.
"Judulnya, pak." Balasku.
"Tapi saya belum bertanya apa-apa." Protesnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kado Buat Emak Dari Tuhan
General FictionInspired by True Story Kawindra dan Pak Pur yang sedang bekerja di perusahaan yang hampir bangkrut. Mereka sudah bekerja tanpa dibayar berbulan-bulan. Dan Tommy harus di PHK di saat akan menikah. Mungkin mertua dapat memaklumi dan keluarga dapat mem...