Waktu sudah menujukan pukul 9.30 WIB. Baru satu orang dari manajemen yang hadir di kantor yaitu Mas Dirga. Pak Bayu sebagai direktur utama dan Bu Fera sebagai direktur operasional belum hadir.
Secara resmi Bu Fera masih tercatat sebagai direksi dan pemegang saham tetapi kenyataannya, Bu Fera sudah tidak aktif.
Ruko memiliki 3 lantai dengan ukuran yang tidak terlalu besar. Ruko berada tepat di depan jalan sehingga tidak memiliki lahan untuk parkir.
Sebenarnya tujuan utama kompleks ruko ini adalah untuk pergudangan yang menyimpan barang-barang bekas. Sehingga ruko tidak disediakan toilet didalamnya. Hanya ada toilet umum yang digunakan bersama-sama dengan ruko lainnya.
Toilet hanya tersedia 4 pintu tanpa jamban sehingga hanya dapat digunakan untuk buang air kecil. Pemilik kompleks ruko berharap dapat menghemat budget maintenance toilet.
Hampir seumur hidup toilet tidak pernah dibersihkan. Jika sudah dirasa kotor dan bau jengkol terbakar maka penjaganya hanya menyiramkan cairan pembersih lantai ataupun obat nyamuk sebagai penghilang bau hancur yang menyengat.
Bau di dalam toilet mampu membunuh tiga puluh ekor tikus dan empat belas Jin. Itu mengapa toilet tetap bersih, tidak ada hewan-hewan kotor didalamnya.
***
"Bleedaaakk!" Suara pintu utama terbuka dengan keras.
Tampak di depan pintu, seseorang berkulit putih, berperawakan tinggi, rambut klimis bau amis. Cengar-cengir melenggang masuk ke dalam sambil mengangkat PC.
"Mas Arwin." Panggil Mas Hasan. "Itu PC Siapa?"
"Ini PC GITEK yang telah aku selamatkan." Balasnya dengan dada membusung.
"Diselamatkan?" Sahutku heran.
Sebelum kantor GITEK pindah ke kontrakkan rusunami. Dulunya kantor berada di kawasan elite Sudirman. Lalu perusahaan tidak mampu membayar uang sewa gedung selama 7 bulan. Dan akhirnya pengurus gedung menyita semua aset.
Pintu kantor pun disegel dengan bertuliskan, "akibat gagal move on."
Manajemen GITEK sudah menyadari bahwa cepat atau lambat, hal itu akan terjadi. Sehingga seluruh aset penting dipindahkan. Adapun aset lainnya seperti komputer. Sebagian sudah dijual dan diganti menjadi laptop yang wajib dibawa pulang oleh karyawan. Yang tersisa hanyalah komputer tua yang sudah tidak bernilai.
Pihak manajemen sudah mengantisipasinya dengan baik. Barang-barang yang tersisa di kantor tidak memiliki nilai aset yang tinggi.
Kemudian GITEK tidak mau menembusnya. Dikarenakan semua aset yang tertinggal, nilainya masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan total hutangnya.
Mas Arwin membawa satu buah PC lengkap dan dia menjelaskan, "sebelum disita oleh pengurus gedung. Aku telah mengambil isi dari komputernya." Serunya dengan bangga.
Aku dan Wandi hanya menggelengkan kepala.
"Mas Arwin, dipanggil oleh Mas Dirga." Seru Febrianti dari ruang resepsionis.
Dengan dada membusung dan muka penuh kebanggaan. Arwin menuju ruangan Mas Dirga di lantai tiga sambil membawa PC.
"Mas Arwin mau ngapain bawa PC ke tempat Mas Dirga?" Tanya Hasan.
"Aku mau lapor bahwa aku telah menyelamatkan PC GITEK." Balasnya bangga.
Tak lama kemudian, Arwin memasuki ruang Mas Dirga sambil membawa PC.
"Itu apaan, Win?" Tanya Mas Dirga penasaran. Melihat Arwin membawa masuk sebuah kotak hitam besar ke ruangannya.
"Ini PC yang digunakan untuk Proxy Server. Saya telah menyelamatkan isinya." Mas Arwin meletakannya di atas meja agar dapat dilihat langsung oleh Mas Dirga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kado Buat Emak Dari Tuhan
General FictionInspired by True Story Kawindra dan Pak Pur yang sedang bekerja di perusahaan yang hampir bangkrut. Mereka sudah bekerja tanpa dibayar berbulan-bulan. Dan Tommy harus di PHK di saat akan menikah. Mungkin mertua dapat memaklumi dan keluarga dapat mem...