Bab 11 - Sekarang Aku Sudah Bab 2

78 5 0
                                    

Seminggu telah berlalu.

Aku berjalan gontai menuju ke kelas. Tiba-tiba Bagus merangkulku. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri dengan waspasda untuk memastikan tidak ada orang lain di lorong.

"Ndra, kamu punya uang tidak?"

"Kamu mau malak, Gus?" Aku mengambil kuda-kuda siaga satu.

"Ndra, kita sudah berjanji agar saling mendukung, kan?" Timpanya lagi. "Apalagi kita senasib dan seperjuangan."

"Yes, kenapa sob?" Aku kembali tenang.

"Aku boleh pinjam uang?"

"APEEE???" Jawabku terkejut. "Berapa?"

"Sssttt!! Pelan-pelan! MALU!" Omelnya. "Gocap. Ada tidak?"

"Buat apaan?"

"Buat ngeprint makalah tesis dari bab 1 sampai bab 2."

"Ape?? Bab 2??"

Aku langsung kembali ke musolah untuk termehek-mehek.

***

Dari luar kelas, terlihat hanya beberapa mahasiswa yang sudah hadir.

Kami tidak sengaja berpapasan dengan Muklis dan Debby.

Mereka hendak meninggalkan kelas.

"Dosennya tidak masuk." Sapa Muklis yang langsung memberikan informasi.

Waktu masih menunjukan pukul 09.15 WIB. Ada 2 mata kuliah yang sedang kosong. Kuliah baru akan dimulai pada pukul 14.00 WIB. Dan jadwal kuliah tidak dapat dimajukan karena dosen selanjutnya belum hadir di kampus.

"Kita ke Mall Taman Anggrek saja yuk!" Ajak Debby.

"Yuk." Jawabku bersemangat. Yang kebetulan hatiku sedang riang dan agak tersendat. Mendengar sohibku yang sudah jauh melampauiku. Bukan karena iri tapi karena memang dengki.

Muklis dan Debby berjalan di depan. Sedangkan aku dibelakangnya bersama Bagus. Dia merangkulku sambil tetap waspada agar suaranya tidak terdengar oleh Muklis dan Debby.

Dia sedikit berbisik-bisik, "Kamu yakin mau ke Taman Anggrek?"

Aku mengangguk.

"Disanakan mahal-mahal, Ndra." Bisik Bagus. "Mereka itu anak orang kaya. Mereka mana tahu susahnya kita. Apakah kamu mau jalan dengan mereka?"

"Kita hanya jalan-jalan cuci mata. Sekali-kali lihat barang mewah, biar semangat kerja."

Bagus hanya pasrah. Dan terpaksa ikut.

***

Kita ke Mall Taman Anggrek menggunakan mobil milik Bagus.

Tidak sesuai harapan Bagus. Pom bensin penuh. Antrian panjang sampai keluar jalan raya. Dia pun mengurungkan niatnya dan langsung menuju ke mall Taman Anggrek.

Disana kita bercanda-canda sambil melihat barang-barang mahal.

Aku menujuk ke semua eltase sambil berkata, "suatu saat aku akan mampu membeli barang-barang disini." Mimpi yang didalamnya ada harapan. Setidaknya gajian kembali normal. Membuat aku semakin membara untuk menyelesaikan tesis.

"Lapar nih." Seru Debby ditengah-tengah canda. "Kita makan yuk."

"Yuk." Timpa Muklis dengan riang gembira. "Aku mau makan cake jagung."

Aku masih menanggapi dengan santai.

Bagus mulai berkeringat dingin dan gelagapan.

Kami masuk ke restoran yang dipilih Muklis. Dia merekomendasikan tempat favoritnya.

Kado Buat Emak Dari TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang