Aku, Alya dan Arwin masuk ke dalam ruang meeting kecil. Pak Bentot dan Pak Hendrik sedang mengobrol santai ditemani secangkir teh hangat.
Pak Hendrik, Alya dan Pak Bentot duduk sejajar berhadapan denganku dan Arwin.
Aku mengeluarkan proposal penawaran harga yang baru.
Pak Bentot menerimanya. Dia hanya membuka halaman penawaran harga. Dengan muka malas, dia malah menyerahkan proposal kepada Pak Hendrik.
"Kenapa GITEK menaikkan harga?" Tanya Pak Hendrik.
"Karena kami yang mengerjakan semuanya, pak." Aku menjawab sesuai dengan arahan Mas Dirga.
Pak Bentot mulai menjelaskan. "Sepertinya GITEK tidak mengerti apa-apa soal proyek ini. Harga awal yang disepakati dengan GITEK belum termasuk penambahan fungsi. Jika ke depannya ada penambahan fungsi. Maka saya yang akan membayar tambahannya lagi untuk GITEK."
"Sedangkan harga yang dibayarkan Hendrik, jumlahnya flat. Jadi jika ada tambahan fungsi, maka tidak ada pembayaran lagi. Selama waktu pengerjaannya cukup."
"Dan kalian juga minta pembagian hasil sebesar 5% perbulan? Padahal pembagian hasil yang saya bebankan kepada Hendrik, akan digunakan untuk biaya operasional bulanan. Jika profit sharing tidak dapat menutupi biaya operational, maka saya yang akan menanggung biaya kerugiannya."
"Dengan harga semahal ini. Saya masih bisa cari vendor lain." Pak Bentot berkeras.
Arwin terkejut. Dan seketika megap-megap.
"Eh, kenapa teman kamu?" Pak Bentot malah jadi panik. "Punya sakit jantung?"
"Bukan, pak." Jawabku dengan polos. "Wasirnya pecah."
"Tenang, pak. Tidak akan tembus, karena sudah pakai pembalut." Timpa Alya lagi.
"Waduhhh!!" Arwin kelojotan sambil Bete.
"Sebenarnya saya tahu keuangan perusahaan kalian sedang tidak baik. Makanya saya memberikan proyek ini kepada kalian. Dengan harapan, proyek ini dapat memberikan suntikan dana kepada perusahaan kalian. Jika cara kalian seperti ini, kalian tidak akan mendapatkan kepercayaan dari pembeli. Dan pembeli tidak akan mau menggunakan jasa kalian lagi." Terang Pak Bentot.
"Saya mewakili managemen GITEK. Mohon maaf yang sebesar-besarnya." Timpaku.
Sebelum pulang, terjadi kehebohan di toilet pria.
"Apakah ada wanita yang salah masuk ke toilet pria?" Tanya seorang OB kepada setiap pengunjung di toilet pria.
"Memangnya ada apa?" Tanya pengunjung lainnya dengan penasaran.
"Ada pembalut wanita di dalam toilet pria? Mana bocor lagi." Keluhnya.
"Dia yang terakhir menggunakan jamban." Tunjuk salah seorang pengunjung ke arah Arwin yang sedang cuci tangan.
Arwin langsung ngacir. Dia takut tertangkap menggunakan pembalut wanita.
***
Minggu pagi.
Aku masih terdampar di dalam pulau kapuk, berayun-ayun pada ombak mimpi. Hangatnya sinar mentari masih tertutupi dinginnya dalam gelapnya kamar. Mataku sendu, memudar bersama ruang kamar yang kelabu.
Amplop coklat penawaran harga, tergeletak di atas meja kerja. Yang berhadapan dengan tempat tidur. Amplop yang telah dimentahkan kembali oleh Pak Bentot. Padahal isinya adalah harapan dari semua karyawan GITEK untuk dapat gajian.
"Mas." Panggil mama dari luar pintu kamar bersama dengan ketukan pintu.
"Kenapa, mah?" Jawabku dari atas tempat tidur. Kasur yang dingin telah membekukan tubuhku. Ditemani rasa malas yang melumpuhkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kado Buat Emak Dari Tuhan
General FictionInspired by True Story Kawindra dan Pak Pur yang sedang bekerja di perusahaan yang hampir bangkrut. Mereka sudah bekerja tanpa dibayar berbulan-bulan. Dan Tommy harus di PHK di saat akan menikah. Mungkin mertua dapat memaklumi dan keluarga dapat mem...