Bab 4 - Steak Marmut

160 9 0
                                    

Pertemuan ditutup dengan acara makan siang bersama di hotel.

Air mata menetes dari pipiku. Akhirnya aku dapat menikmati makanan yang enak.

Seorang pramusaji memberikan menu makanan kepada setiap tamu. Air mataku kembali menetes. Setelah tersadar, siapa yang akan membayar makanan semahal ini?

Mas Dirga menginjak kakiku. Dia berpesan, "jangan pesan makanan yang mahal-mahal ya. Aku sedang tidak ada duit."

"Mau pesan minum apa, mas?" Tanya seorang pramusaji dengan sopan.

Serempak aku dan Mas Dirga menjawab, "es teh manis."

"Hanya itu?" Balasnya. "Untuk makan siangnya, mas?"

Aku dan Mas Dirga hanya nyengir bareng.

"Kita lagi puasa ngaben, mbak." Jawabku seadanya.

Pramusaji, "?????"

Bu Asri dan Mas Dirga sedang cuci tangan. Seorang pramusaji datang menghidangkan makanan di meja. Dia meletakan makanan kudapan di tengah-tengah meja.

Bu Asri dan Mas Dirga kembali tiba di meja. Bu Asri langsung menyambar kudapan dan menyiramnya dengan kuah kaldu. Begitu juga dengan Mas Dirga.

Obrolan penuh canda menjadikan suasana begitu hangat.

"Mbak, ini es teh tawar ya?" Tanyaku kepada pramusaji yang datang melewatiku. Setelah aku menghabiskan setengah gelas air teh dingin yang hambar.

"Ini gula cairnya, mas." Pramusaji menunjukkannya.

"Oh, ini!!" Balasku, "saya pikir air cuka."

Pembicaraan santai mewarnai meja makan. Setiap orang saling bersenda gurau, tertawa dalam suasana kekeluargaan. Aku juga ikut tertawa dalam kebahagiaan, walaupun sebenarnya aku tidak mengerti, apa yang dibicarakan oleh mereka.

Makan besar telah tiba, para pramusaji meletakan hidangan yang lezat di meja. Hanya aku dan Mas Dirga yang tidak memesan makan siang.

"Kenapa kalian tidak memesan makan siang?" Tanya Bu Asri.

"Saya sedang puasa senin-kamis, Bu." Jawabku sekenanya.

"Lah! Itu es teh manis di depanmu?" Tunjuk Pak Bentot.

"Kalian pesan makan dunk." Seru Bu Asri. "Ini traktirannya Pak Hendrik. Kalau kalian tidak makan, nanti orangnya bisa tersinggung."

"Oh, dibayarin toh." Aku dan Mas Dirga langsung sigap memesan makanan gratis.

Kami membolak-balikan lembaran menu. Kami sama sekali tidak mengerti isi menu makanan yang enak di hotel ini. Yang kami mengerti hanya harga makanannya yang mahal.

"Pesan apa, mas?" Tanya pramusaji.

"Saya pesan yang sama dengan Kawindra." Seru Mas Dirga pendek.

Mas Dirga sedang tidak fokus karena sedang asyik mengobrol.

"Padahal aku juga tidak mengerti menu makanannya" Keluhku.

Aku menunjuk pada menu makanan yang paling mahal. Steak dengan daging besar berwarna kuning segar yang dimasak setengah matang.

"Jadi pesan apa?" Tanya Mas Dirga.

"Steak marmut."

"Lah?? Memangnya ada??" Tanya Mas Dirga bingung.

Makanan baru akan disajikan sekitar 15 menit lagi. Aku keluar sebentar untuk sholat Zuhur. Sekembalinya, daging marmut segar telah tersedia dengan indah di atas meja. Mas Dirga telah menghabiskan setengahnya. Dia makan sangat lahap dan begitu menikmatinya.

Kado Buat Emak Dari TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang