Aku membawa 4 fotocopy tesis yang berat di hari jum'at sore. Dimana hari ini adalah deadline pengumpulan persyaratan ujian sidang tesis. Walaupun berat dibawa tetapi hatiku terasa ringan. Aku merasa melihat jalan keluar seperti sudah di depan mata.
Dengan lulus kuliah, berarti aku akan bebas mencari pekerjaan baru tanpa beban. Bahkan nilai jualku akan dapat bertambah dengan embel-embel S2.
Aku memasuki ruang tata usaha tempat pendaftaran ujian tesis.
"Siang, pak." Sapaku kepada karyawan TU yang sedang berjaga.
Dia langsung mengerti maksud kedatanganku setelah melihatku membawa tumpukan kertas yang tebal.
"Mau daftar ujian tesis ya?" Sapanya. "Apakah administrasinya sudah lengkap?"
Aku memberikan semua persyaratannya seperti fotocopy tesis beserta administrasi lainnya. Penjaga tata usaha memeriksa semuanya dengan teliti.
"Jadi lulus tahun ini dunk?" Candanya untuk mencairkan suasana.
"Insya Allah, pak." Jawabku bersemangat. "Doakan saja."
Kemudian dia memberikan tanda terima dan kwitansi pembayaran.
"Ini tanda bukti penerimaan, nomer ujian dan kwitansi pembayaran wisuda dan lain-lain."
"Lho?" Aku agak terkejut. "Bukankah yang kemarin sudah dilunasi semua ya, pak?"
"Itu hanya untuk pembayaran ujian tesis." Dia menerangkan sambil menunjukan pritilan yang harus diselesaikan. "Ini pembayarann untuk wisudanya, seperti toga dan lain-lain."
Begitu aku melihat jumlah tagihannya.
JEGER!!!
Sisa uang yang kumiliki sudah habis untuk membeli printer dan mouse. Seandainya aku tidak membeli barang-barang itu, mungkin masih ada sisa uang yang bisa digunakan untuk membayar wisuda. Uang yang tersisa hanya cukup untuk makan dan operasional sehari-hari.
"Kapan batas akhir pelunasannya, pak?"
"Sebelum wisuda harus sudah dilunasi."
"Bagaimana caranya untuk mendapatkan uang sebesar itu hanya dalam 2 minggu lagi?" Pikirku dalam hati.
***
"Huaaaaaaaaahhhhhh!!!!" Suara tangisan terdengar riuh.
"Huahhhhhhhhhhh!!!!" Disusul oleh tangisan tanpa air mata yang sengaja dibuat-buat.
"Sssstttt" Erik berusaha menenangkanku. "Sssttt!! Tenang, bro,.. Tenang, bro..!!"
Aku, Tanto dan Tommy sedang berkumpul di rumah Erik. Aku sengaja mengundang mereka ke rumah Erik untuk mendengarkan keluhanku. Dan berharap ada makanan enak gratisan yang akan disediakannya.
"Kenapa kamu membeli barang mahal di saat keuangan belum aman?" Protes Tommy. "Kamu sendiri yang mengajarkan kita tentang mengatur pendapatan bulanan. Bagaimana memisahkan antara kebutuhan dan keinginan?"
"Sekarang kenapa kamu yang malah kebobolan?" Timpa Tommy lagi.
"Bener banget tuh!" Gantian Tanto yang menimpali. "Masa gurunya yang kebobolan?"
"Karena aku tidak tahu, kalau ada biaya untuk tambahan wisuda." Aku membela diri. "Seharusnya semua sudah dalam perhitungan."
"Kamu yang mengajarkan kita bahwa biaya cadangan sangat diperlukan. Sehingga kita tidak boleh menghabiskan semua uang tabungan. Kecuali memang ada hal-hal yang genting."
"Printer yang dibeli, selain buat ngeprint tesis, akan dijadikan sebagai modal usaha." Aku tidak mau kalah dalam persidangan.
"Kamu mau buka usaha rental printer?" Tanya Tommy.
"Bukan." Jawabku pede. "Aku mau jadi penulis."
"PENULIS?" Mereka serempak terkejut.
"Kamu sudah punya ide cerita untuk tulisannya?" Tanya Erik penasaran.
"Sudah." Jawabku menerangkan ide tulisanku. "Aku mau membuat cerita seperti Harry Porter tapi musuhnya zombie. Dan dia punya peliharaan pokemon. Pokoknya ceritanya seperti yang sekarang sedang populer."
Mereka hanya terbengong-bengong mendengar ideku.
"Mana ada dalam sejarah tukang sihir melawan zombie?" Erik bingung. "Lagian sejak kapan, tukang sihir pelihara pokemon?"
"Kenapa sekalian tidak kau buat cerita vampire vs kuntilanak." Timpa Tanto.
"Jadi bagaimana dengan solusinya?" Erik mengingatkan topik awal.
"Mau pinjam uangku?" Tawarnya.
"Makasih, Rik." Tolakku sambil nangis sesungukan dengan air mata buaya. "Sebentar lagi papa pulang. Mungkin aku akan minta uang pembayaran wisuda kepadanya."
"Lah!! Terus kau ngapain dari tadi nangis-nangis di rumahku?" Protes Erik.
"Rik, biasanya di rumahmu ada banyak makanan enak." Pintaku dengan tidak tahu malu.
"ASEM" Keluhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kado Buat Emak Dari Tuhan
General FictionInspired by True Story Kawindra dan Pak Pur yang sedang bekerja di perusahaan yang hampir bangkrut. Mereka sudah bekerja tanpa dibayar berbulan-bulan. Dan Tommy harus di PHK di saat akan menikah. Mungkin mertua dapat memaklumi dan keluarga dapat mem...