Aku baru tiba dikantor, langsung disambut dengan bulian dari karyawan-karyawan lainnya.
"Mas Kawindra, berapa banyak uang yang dipinjam dari bank?" Canda Mbak Elis geli. "Tadi ada 2 orang debt collector yang nanyain tuh."
"Katanya harus hemat." Ledek Wandi. "Ternyata rahasianya, kamu pinjam di bank toh."
"Bayar aja, mas." Timpa Febrianty. "Daripada digebukin debt collector. Mereka tuh sadis."
Firda ikut bicara, "iya, mas. Ngapain pinjam uang segala? Aku saja masih bisa hidup tanpa hutang kok."
Kali ini sudah benar-benar memalukan. Para debt collector berulang kali datang ke kantor bahkan mereka terkadang mencariku sampai ke kampus. Padahal gaji 2 bulanku, sanggup menembus 3 laptop yang telah kuambil. Dan di dalam laptop juga tidak ada data berharganya.
Pak Ardi berkali-kali mengirimkan SMS. Aku juga berkali-kali meminta, apa yang menjadi hakku. Tetapi Pak Ardi tidak perduli. Dia hanya ingin laptopnya kembali. Dia benar-benar tidak punya itikat baik.
Aku mengambil air putih hangat untuk melegakan rasa bete yang terbenam di dalam hati sambil membuka-buka email. Aku berharap ada panggilan kerja di dalamnya.
Aku cukup terkejut. Setelah membaca email yang dikirimkan oleh Bu Esti. Dia adalah staff yang bekerja untuk Pak Ardi. Emailnya berjudul 'Pengembalian Laptop'
From : Esti_Susanti
To : Kawindra_Wardhana
Subject : Pengembalian Laptop
Assalamualaikum Wr Wb,
Mas Kawindra,
Perkenalkan saya, Esti. Saya sebagai Legal di IT Buana Jaya Cakra.
Berdasarkan informasi dari Pak Ardi, ada hak perusahaan yang belum dikembalikan. Berupa seperangkat laptop. Dengan segala hormat, mohon dapat dikembalikan secepatnya.
Kira-kira kapan Mas Kawindra dapat mengembalikan laptopnya?
Terima kasih atas perhatian dan kerja samanya.
Esti Susanti
***
Aku langsung memukul meja. Meluapkan semua amarah terhadap Pak Ardi, si pengusaha zalim. Kali ini sudah benar-benar keterlaluan.
Setelah aku pikir-pikir dengan pikiran yang lebih tenang. Tidak ada gunanya aku mengambil laptop milik kantor lama. Laptop keluaran jadul yang besar dan berat. Dengan spesifikasinya yang pas-pas'an, setengah mati untuk menjualnya kembali. Aku pun masih memiliki laptop yang lebih bagus di rumah.
Mama berkali-kali menasehatiku. Dia berkata, "setiap orang akan menanggung dosanya masing-masing. Jika Pak Ardi tidak mau membayar gajiku, maka itu akan menjadi dosanya. Dan sebaliknya, apabila aku tidak mau mengembalikan laptop kepada Pak Ardi, maka itu akan menjadi dosaku."
"Jika kita mengambil hak orang lain, maka akan menyebabkan rezeki kita sendiri yang menjadi terhalang."
Sebenarnya bukan hanya gaji yang belum dibayarkan oleh Pak Ardi. Tetapi surat pengalaman kerja juga belum diberikannya. Padahal itu dapat digunakan sebagai syarat untuk mencairkan Jamsostek.
Akhirnya aku sudah ikhlas, jika gaji itu bukan rezekiku.
Aku langsung membalas emailnya.
From : Kawindra_Wardhana@
To : Esti_Susanti@
Subject : RE: Pengembalian Laptop
Assalamualaikum Wr Wb,
KAMU SEDANG MEMBACA
Kado Buat Emak Dari Tuhan
General FictionInspired by True Story Kawindra dan Pak Pur yang sedang bekerja di perusahaan yang hampir bangkrut. Mereka sudah bekerja tanpa dibayar berbulan-bulan. Dan Tommy harus di PHK di saat akan menikah. Mungkin mertua dapat memaklumi dan keluarga dapat mem...