Sabtu pagi, aku berlari tergopoh-gopoh dengan mata sayu berkekuatan setengah watt, menuju ruang kerja Pak Hamzah agar tidak terlambat.
Semalaman aku begadang mengerjakan tesis bab 4 dan bab 5. Elza baru memberikan sisa kuesioner pada jum'at sore. Sehingga baru dapat dikerjakan malam harinya.
Sebelum berangkat ke kampus, aku sudah menghabiskan 2 gelas kopi. Kopi pertama, aku minum airnya dan kopi kedua, aku siram ke muka. Biar melek. Terlihat segar seperti iklan di TV.
Dengan keadaan ngantuk dan terburu-buru menyebabkan aku parkir berantakan. Sehingga parkiran 2 mobil hanya dapat digunakan oleh 1 mobil. Karena mobilku berada ditengahnya.
"Prit.. Prit.." Panggil tukang parkir kampus. "Mas, mobilnya. Mas..."
Aku tidak memperdulikan panggilan tukang parkir. Setengah berlari menuju kampus, membawa tas dan tumpukan kertas bab 4 dan bab 5.
"Mas!" Serunya lagi. "Tolong benerin parkirannya dulu."
"Tenang, pak. Tenang." Balasku. "Saya mau ketemu KAJUR (kepala jurusan). Setelahnya, saya akan perbaiki parkirannya."
Aku menghampiri tukang parkir yang hampir mengejarku, "ini buat Bapak."
Tanganku menyelipkan uang ditangannya sebagai uang sogokan dan tanda terima kasih.
Kemudian aku berlari kecil. Pak Hamzah hanya dapat ditemui sebelum jam 8.00 WIB. Karena dia harus mengajar sampai dengan malam. Jika aku gagal menemuinya, maka aku harus kembali minggu depan. Yang berarti aku gagal menyelesaikan bab 4 dan bab 5 dalam 2 minggu.
Dari kejauhan, aku melihat tukang parkir terkejut sambil mendelek-mendelek.
Awalnya tukang parkir tampak gembira, saat menerima uang tips sejumlah 10 ribu rupiah. Uang tips yang terbesar yang pernah dia terimanya.
Setelah itu, dia terkejut bukan kepalang, saat melihat lembarannya hanya tinggal setengah.
"Lah, cuma setengah." Keluhnya, sambil menerawang uang 10 ribunya.
"BOCAH SABLENG!"
Pukul 07.30 WIB, aku sudah tepat berada di depan pintu ruangannya. Pak Hamzah mempersilahkanku masuk. Dia sudah mempersiapkan hasil revisi dari tesisku pada bab sebelumnya. Dia meletakannya ditengah meja kerjanya yang besar. Kopi panasnya memberikan parfum pada ruangannya.
"Sudah selesai?" Tanyanya.
"Sudah, pak." Jawabku, sambil menyerahkan lembaran bab 4 dan bab 5.
Dia mengambilnya dan membacanya perlahan dengan sangat teliti.
"Kamu sudah tahu, penulisan tesis pada bab 4 dan bab 5?" Dia menurunkan kacamata bacanya menatapku dengan serius.
"Sudah, pak." Jawabku dengan penuh percaya diri.
Pak Hamzah merenyitkan dahi, "darimana kamu tahu?"
"Saya sudah mempelajari dari tesis-tesis mahasiswa bimbingan bapak sebelumnya. Saya sudah mengerti pattern yang biasa digunakan oleh bapak. Jadi saya hanya tinggal mengikuti pattern dari contoh-contoh di tesis mahasiswa sebelumnya."
Dia tersenyum lega. Kemudian memberikan tumpukan tesis bab 1 sampai dengan bab 3.
"Saya sudah koreksi. Ada beberapa perbaikan. Setelah kamu perbaiki. Kamu dapat langsung mendaftar ujian tesis." Dia mengembalikan lembaran bab 4 dan bab 5 dari tesis yang telah dibacanya.
"Bapak akan koreksi lagi atau saya dapat langsung mendaftar ujian tesis?" Tanyaku.
"Langsung daftar saja." Jawabnya. "Saya tanda tangan dulu lembar pertemuan bimbingan, dan lembar persetujuan ujian tesis. Apakah kamu bawa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kado Buat Emak Dari Tuhan
Fiksi UmumInspired by True Story Kawindra dan Pak Pur yang sedang bekerja di perusahaan yang hampir bangkrut. Mereka sudah bekerja tanpa dibayar berbulan-bulan. Dan Tommy harus di PHK di saat akan menikah. Mungkin mertua dapat memaklumi dan keluarga dapat mem...