Hari ini akan diadakan pertemuan besar yaitu proyek pembuatan aplikasi trading forex yang digunakan pada Blackberry untuk menarik investor. Pada tahun 2010, Blackberry masih merajai dunia ponsel. Hampir semua orang menggunakan Blackberry.
Pada masa kejayaannya, hampir semua merk ponsel menirunya. Desain qwerty-nya menjadi kebanggaannya. Hampir semua toko ponsel menggunakan nama Blackberry. Banyak keluaran ponsel Blackberry wannabe. Rupa-rupa hampir sama, tetapi rasanya berbeda.
Tidak seperti biasanya, Mas Dirga menjemputku di stasiun Sudirman agar dapat berangkat bersama untuk menghadiri pertemuan besar di salah satu hotel di Jakarta Selatan.
Mas Dirga menggunakan setelan yang membuatnya terlihat lebih Pede. Dia bersama dengan motor Supra keluaran tahun 90'an yang sudah hampir 15 tahun tidak pernah dicucinya. Dia mengenakan helm yang sudah somplak sebelah. Dan selalu dinaikkan kaca helmnya yang sudah kusam akibat kumpulan lumut dan belatung yang menghalangi pandangannya.
Dia memberikan helm cadangan padaku. Kacanya sudah patah setengah dan helmnya sudah tidak terdapat busa pelindung di dalamnya. Kerasnya helm langsung tabok-tabokkan dengan batok kepala. Akibatnya kepalaku lecet-lecet dan sedikit benjol.
Mas Dirga menggas pol sepeda motornya melintasi sepanjang jalan. Suara motornya terdengar sangar, gahar dan melengking akibat businya yang sudah mati sebelah. Semakin kencang digas, suara motor terdengar akan menuju sakaratul maut.
Dari mulut Mas Dirga terus mengeluarkan kepulan asap hitam. Bagaikan kentut bajaj. Disebabkan sebatang rokok yang menyumbat mulutnya. Mas Dirga mengambil jalan tikus yang sempit dan berliku. Padahal jalan utama cukup kosong.
"Kenapa lewat sini, mas?" Tanyaku penasaran. "Padahal jalanan sedang tidak macet."
"Aueuaweaa."
"@!#!#@$@#." Aku bingung. "Apaan Mas?"
"Auueweuwu." Jawabnya lagi.
Bisingnya suara mesin motor ditambah kumpulan suara-suara dari kendaraan lain membiaskan suara Mas Dirga sehingga terdengar aneh.
"Tidak jelas, mas." Tegasku.
"Aueuewuqeer."
"Ah, jatuhkan rokoknya!!" Omelnya. "Berisik saja dari tadi."
Batang rokok yang terjatuh, hampir mendarat indah di atas celananya yang dibeli seharga 1,7 juta. Celana termahal yang dimilikinya dan selalu digunakan hanya untuk jaga gengsi. Walaupun dibeli dengan kredit di mertua indah selama setahun.
"Pertemuan nanti akan dihadiri oleh investor. Jika kita terlihat menggunakan motor butut. Bagaimana dengan kesan mereka nanti? Terkadang penampilan berpengaruh pada persepsi awal. Dan juga berpengaruh pada kesan selanjutnya." Terang Mas Dirga.
Tak lama dari arah belakang, datang sebuah mobil BMW seri 5 terbaru yang mewah.
Mataku dan Mas Dirga langsung terbelangak. Berdecak kagum melihatnya.
Tanpa berkedip, Mas Dirga langsung membayangkan. Jika mobil itu miliknya, dia merasa seperti orang kaya yang akan dihormati oleh banyak orang. Sedangkan aku membayangkan, jika itu mobilku. Minimal jodohku adalah Luna Maya.
Mas Dirga tidak memarkirkan motornya di hotel, tetapi malah di gedung sebelahnya.
"Kok parkir di sini, mas?" Tanyaku kebingungan.
"Biar tidak ketahuan, kalau kita naik motor butut." Jelasnya.
Aku hanya menggarukkan kepala saat mendengar alasannya. Bukan karena bingung akan jawabnya tetapi karena rontokkan rambut dari helm istrinya, menempel dikepalaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kado Buat Emak Dari Tuhan
General FictionInspired by True Story Kawindra dan Pak Pur yang sedang bekerja di perusahaan yang hampir bangkrut. Mereka sudah bekerja tanpa dibayar berbulan-bulan. Dan Tommy harus di PHK di saat akan menikah. Mungkin mertua dapat memaklumi dan keluarga dapat mem...