Waktu sudah menunjukan pukul 12.00 WIB, azan solat jum'at telah berkumandang. Aku masih mengambil air wudhu, di masjid sebelah Wisma Mulia. Hari ini, aku menemani Mas Dirga meeting untuk mencari proyek baru.
Berjalan perlahan memasuki masjid yang telah dipenuhi jam'ah. Mataku berkeliling, mencari tempat yang masih kosong. Tanpa disadari, ada seseorang yang memanggilku. Dia memberikanku tempat untuk solat.
Dan orang itu adalah teman dekat semasa kuliah S1, yang bernama Nata.
"Apa kabar, Ndra?" Sapa Nata, seusai solat jum'at.
"Alhamdulillah baik." Jawabku sambil merangkulnya hangat. "Sekarang tinggal dimana?"
"Alhamdulillah." Balasnya antusias. "Sekarang, aku dan Adina sudah membeli rumah di BSD."
"Keren." Pujiku, "gimana dengan cicilan mobil?"
Dulu aku dan Nata sering bertemu di KRL. Kita pernah bermimpi untuk membeli mobil baru. Tapi hanya Nata yang berhasil membelinya. Sedangkan aku hanya baru menjadi angan. Dia berhasil mencicil mobil sedangkan aku mencicil hutang karena tidak gajian.
"Cicilan mobil sudah lunas." Terangnya.
Kemudian kami meneruskan reoni dengan makan siang bersama di warung nasi rames yang tak jauh dari kantornya.
"Ngapain disini?" Tanya Nata sambil menyantap telor mata sapi.
"Ada meeting." Jawabku sambil menyantap telor mata kuda. "Kalau kamu?"
"Sekarang aku bekerja di perusahaan perminyakan di dekat sini." Dia menunjuk ke sebuah gedung yang tinggi dan mewah.
Alangkah beruntungnya Nata. Sedangkan aku bekerja pada perusahaan yang WC-nya tidak memiliki jamban dengan ruangannya yang bau bangke. Karena tidak pernah dibersihkan, hanya disiram cairan karbol.
"Kereeeen." Aku terkagum-kagum.
Dulu pertama kali bekerja, karirku lebih baik dari Nata dengan penghasilan yang 2 kali lebih besar. Perlahan dia melesat naik ke atas dan bersinar. Sedangkan aku malah jumplang ke bawah, berjalan merangkak ngesot berdarah-darah. Dia di posisi yang mapan. Sedangkan aku di posisi yang memperihatinkan.
Rasanya aku pengen nangis melihat hidupku.
Nata memiliki hidup yang aku inginkan.
Nata sudah menikah dengan wanita yang menjadi kembang kampus. Dikaruniai anak yang lucu. Bekerja di perusahaan perminyakan dengan gaji yang fantastis. Cicilan mobil telah lunas. Dan sudah memiliki rumah sendiri.
Sedangkan aku? Kembang kuburan pun tak dapat.
"Apa rahasianya supaya bisa seperti sekarang?" Tanyaku dengan penasaran.
Dia tertawa sepintas. Kemudian menjawab singkat, "DOA."
"Hanya DOA?" Jawabku terheran-heran. "Nenek-nenek juga tahu!"
Bagaimana mungkin hanya dengan sebuah doa? Karena setiap doa pasti memiliki tujuan yang sama. Tetapi hanya saja hasilnya yang berbeda.
Dia tertawa kembali.
"Ndra, tujuan dari doa, mungkin bisa sama. Tetapi niatnya bisa berbeda."
"Maksudnya?" Aku memintanya diperjelas.
Nata mulai menceritakan kisah hidupnya.
"Dulu setelah menikah, aku dan Adina tinggal ngekos yang hanya memiliki 1 ruang utama dan 1 kamar mandi. Waktu itu, kami belum sanggup membeli rumah. Perbulannya hanya sanggup untuk membayar cicilan mobil. Kami membangun semuanya dari 0."
"Anak pertamaku lahir. Adina memutuskan berhenti bekerja. Kami pun mulai hidup serba kekurangan karena hanya single income. Aku sudah berusaha mencari pekerjaan lain tetapi belum ada satupun panggilan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kado Buat Emak Dari Tuhan
General FictionInspired by True Story Kawindra dan Pak Pur yang sedang bekerja di perusahaan yang hampir bangkrut. Mereka sudah bekerja tanpa dibayar berbulan-bulan. Dan Tommy harus di PHK di saat akan menikah. Mungkin mertua dapat memaklumi dan keluarga dapat mem...