"Jadinya bagaimana, mas?" Tanya salah seorang HRD yang sedang mewawancariku.
Aku hanya terdiam. Aku masih bingung untuk menerima tawarannya.
Sore ini, aku mendapatkan panggilan interview kerja di salah satu perusahaan di daerah Tamrin, Jakarta. Aku sudah izin masuk kantor ½ hari dengan alasan terkena diare kelas berat. Dan toilet di musolah sedang ada maintenance bulanan, yaitu sedot tinja.
Sudah banyak lowongan yang kukirimkan. Tetapi baru satu yang bersedia memanggil interview. Sebenarnya aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Hanya saja, pekerjaan yang ditawarkan tidak sesuai dengan yang kuharapkan.
"Mas, apakah disini ada lowongan menjadi supervisor IT di bagian jaringan?" Tanyaku sekali lagi.
Dia menggelengkan kepala. "Tidak ada, Mas. Yang baru kosong hanya Staff IT."
Dengan kondisi saat ini, aku sangat membutuhkan sebuah pekerjaan karena kebutuhan hidup sudah tidak dapat ditunda lagi.
Setiap awal bulan, aku hanya menikmati obat maag untuk menahan gempuran asam lambung. Dikarenakan stress yang luar biasa. Dimana gasnya dapat membuat kepalaku berdetak sebelah.
Tetapi jika harus downgrade, ada beban tersendiri di hati.
"Berapa salary yang akan saya terima, mas?"
Dia menunjukan informasi dalam kontrak kerja pada kolom salary.
Gajinya lebih rendah dari yang kuterima sekarang. Jika aku ambil pekerjaan ini, maka apabila aku keluar dari perusahaan ini. Referensiku hanyalah sebagai staff IT. Dan agak berat untuk mendapatkan posisi seperti pada kantor sebelumnya.
"Mas, salarynya tidak bisa lemperan sedikit?" Tawarku.
"Tidak bisa, mas." Tolak si pewawancara. "Ini sudah dapat risol, mas."
"Mas, sudah banyak mengirim CV ke tempat lain?" Tanyanya lagi.
"Banyak, Mas." Jawabku dengan jujur. "Tapi hanya kantor ini yang baru memanggil."
"Coba dipikir-pikir lagi, mas." Tambah si pewawancara malah makin pede. "Sekarang mencari pekerjaan cukup sulit. Lebih baik dipertimbangkan dahulu. Saya beri waktu 3 hari untuk mempertimbangkannya kembali."
"Terima kasih, mas."
***
Azan magrib telah berkumadangan. Aku berusaha mencari musolah atau masjid terdekat. Ada wanita yang sedang berdiri di lobi. Awalnya aku hanya akan bertanya kepadanya, "dimana musolah? "
"Kawindra!!" Tetapi dia malahnya menyapaku.
Wajahnya tidak asing dalam perpusatakaan ingatanku.
Seorang wanita cantik berkulit putih, berparas ayu dan berambut panjang dengan balutan busana kantor. Dia berjalan anggun mendekatiku.
"Kamu lagi ngapain disini?" Tanya dengan ramah. "Tadi kamu ada interview?"
Dia berusaha menebak setelah melihat amplop coklat yang sedang kupegang.
Wanita itu bernama Nisa. Mantanku yang cantik yang pernah bersedia menjadi kekasih hatiku. Saat dia menerimaku menjadi pacarnya dikarenakan sebuah kecelakaan. Yaitu pada saat dia sedang kesurupan, aku malah menembaknya.
"Iya." Aku membenarkannya.
"Kenapa?" Nisa menjadi penasaran.
Aku menceritakan kisah pilu yang sedang kualami ke Nisa. Dia mendengarkan dengan penuh simpati. Dan hal ini yang paling kuharapkan.
"Terima kasih Tuhan. Akhirnya Kau berikan aku pelipur lara yang paling Indah."
Yaitu, JODOH YANG CANTIK!
Biarpun sedang tidak gajian. Tapi kalau bisa balikan dengan mantan yang cantik. Rasanya bisa menutupi semua kepedihan yang sekarang terjadi.
"Untung ya." Dia berucap setelah mendengar semua ceritaku.
"Iya." Aku menyetujuinya dengan hati yang berbunga-bunga. "Aku juga beruntung bisa ketemu dengan kamu lagi."
"Bukan." Bantahnya. "Untung aku tidak jadi sama kamu."
JIAHAHAH!!
TAJEM MELINTIR!!
"Kalau pekerjaan kamu tidak jelas, bagaimana dengan masa depan kamu?" Jelasnya. "Kemudian bagaimana dengan istri dan anak kamu? Menurut aku, lebih baik kamu mencari pekerjaan yang lebih baik."
"Kita tidak pernah tahu, seperti apa masa depan orang?" Batahku dengan agak minder bercampur tersinggung. "Lagipula aku pun sudah berusaha. Tetapi memang hasilnya yang belum terlihat."
"Itu terserah kamu." Balasnya lagi. "Kamu yang lebih tahu."
Akhirnya kita berpisah di depan musolah karena Nisa sedang tidak solat.
Ketemu mantan yang cantik, bukannya malah adem. Malah makin pedih.
Aku kira seperti Habil yang diberikan wanita cantik.
Taunya hanya numpang lewat saja.
APES DAH!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kado Buat Emak Dari Tuhan
General FictionInspired by True Story Kawindra dan Pak Pur yang sedang bekerja di perusahaan yang hampir bangkrut. Mereka sudah bekerja tanpa dibayar berbulan-bulan. Dan Tommy harus di PHK di saat akan menikah. Mungkin mertua dapat memaklumi dan keluarga dapat mem...