Bab 14 - Kado Buat Emak

108 5 0
                                    

Satu minggu telah berlalu, bersama datangnya awal bulan.

Besok mama akan berulang tahun. Hilang semua mimpiku untuk melihat Mama bahagia, saat dia menerima HP baru sebagai kado ulang tahunnya. Aku masih berharap tahun ini, masih ada kesempatan untuk membahagiakannya.

Bulan ini, GITEK kembali tidak sanggup membayarkan gaji karyawan. Semua penghasilan perusahaan di bulan lalu, telah habis digunakan untuk membayar gaji karyawan dan biaya operasional lainnya.

7 bulan bekerja, baru 3 bulan yang dibayarkan. 4 bulan sisanya, masih ditangguhkan.

Aku menjalankan rutinitas di pagi hari. Menyalakan laptop dan menyiapkan sarapan pagi. Dengan nasi dan beberapa gorengan.

Beberapa orang di kantor terlihat murung

"Internet mati." Seru Wandi sinis. Karena tidak bisa browsing, digantinya dengan main game offline.

"Kenapa?"

"Belum dibayar kali." Dia menjawab pertanyaannya sendiri.

Mbak Elis yang baru datang, langsung membanting tasnya di atas meja sambil mengomel-ngomel sendiri. "Huh!! Kantor kere!! Masa kita tidak gajian lagi."

"Terus gimana dengan cicilan laptopku?" Timpa Wandi kebingungan.

"Kamu sudah tahu gajian tidak jelas. Kenapa masih nyicil laptop?" Ketus Mbak Elis.

Kegaduhan terjadi di lingkungan kantor. Mereka mengira akan hidup normal dengan menerima gaji setiap bulannya. Ternyata tidak sesuai dengan harapan.

Aku masih menikmati sarapan pagi. Firda datang menghampiriku dengan memelas.

"Mas, aku pinjam uang dunk." Dia berbisik.

Bisikan Firda terdengar oleh Wandi. Dia pun juga ikutan menghampiriku.

"Aku juga dunk. Cicilan laptop sudah mau jatuh tempo nih."

"Maaf! Aku juga sedang tidak ada uang." Jawabku. "Uangnya mau digunakan untuk membayar ujian tesis. Supaya aku dapat lulus di semester ini, dan resign dari GITEK."

"Jangan pelit-pelit. Nanti hidupmu susah." Wandi memaksa.

Aku meninggalkan mereka di ruang kerja, menuju pantry.

Seharusnya mereka dapat mengatur keuangan lebih baik. Dengan membeli barang-barang yang sesuai kebutuhan bukan karena keinginan. Jika tidak dibeli, tidak ada pengaruhnya. Hanya hasrat sesaat. Yang setelah terpuaskan, akan hilang dengan sendirinya.

Jika napsu terus diikuti maka akan menimbulkan hasrat yang baru lagi. Dan jika terus diikuti, maka kita tidak mempunyai kemampuan untuk membatasi hawa napsu. Sehingga menjadi hidup boros.

Saat aku menikmati sarapan pagi di pantry, terdengar seseorang yang sedang berbicara di telepon. Suaranya sayup terdengar. Terucap kata penyesalan dan permohonan maaf. Derap langkah kaki yang panik. Menemani gundahnya.

"Maaf, Mah." Suara terdengar perlahan.

"Papa akan usahakan mencari uang tambahan untuk bayaran uang sekolah anak-anak. Papa akan langsung melunasi sebanyak 2 bulan. Tapi papa butuh waktu. Coba Mama minta tenggang waktu kepada kepala sekolah."

"Papa membeli HP dan jam tangan baru karena kebutuhan tender. Disana banyak klien besar. Penampilan penting untuk usaha papa. Pokoknya Mama tenang saja. Papa akan melunasi semua bayaran sekolah anak-anak.

"Iya, mah." Tegasnya. "Papa janji."

"Walaikumsalam." Tutupnya.

Pak Ardiono terkejut, saat mengetahui ada orang di dalam pantry. Dia merasa malu, jika pembicaraannya terdengar orang lain.

Dia mendekatiku. Dan memastikan tidak ada orang lain yang mendengar disekitarnya.

"Boleh pinjam uang? Buat bayaran anak sekolah." Pintanya.

"Maaf, pak." Balasku tanpa tedeng aling-aling. "Saya juga sedang tidak ada uang."

"Oh, ya udah deh. Makasih ya." Dia langsung pergi meninggalkan pentry.

Sekarang, aku sudah mengerti nasehat dari bapak pengusaha di proyek aplikasi trading forex. Cara menikmati uang, bukanlah menghabiskannya dengan sia-sia. Tetapi mengaturnya untuk kelangsungan hidup di depan dengan membeli sesuai kebutuhan.

Segalanya yang kita inginkan, tidak selamanya harus terpenuhi. Selama kita tidak benar-benar membutuhkannya.

***

"Allahu Akbar,.. Allahu Akbar." Suara azan Shubuh berkumandang. Mengalun dengan perkasa, memuji kebesaran Allah SWT. Langit masih tampak gelap membahana diseluruh cakrawala.

Hari ini adalah hari ulang tahun Mama.

Di atas sajadah di dalam solat shubuh. Aku melantukan sebuah doa untuk Mama.

"Ya Allah, sesungguhnya Engkau yang Maha Kaya dan Engkau Maha Pemberi. Ya Allah, aku mohon bantuan Mu, untuk memberikan kado untuk mama. Aku titipkan bahagianya, yang aku tidak bisa berikan untuk mama. Ya Allah, sesungguhnya kado dari Mu, adalah yang paling terindah."

"Ya Allah, jadikan aku dan kedua orang tuaku menjadi hamba Mu, yang pandai bersyukur."

"Aamiin." Tutupku sambil membasuh muka dengan kedua tanganku.

Setelah pulang dari Masjid, Aku menemui Mama.

"Met ulang tahun, Mah." Sapaku sambil tersenyum menghampirinya yang sedang mengisi segelas air hangat didalam dispenser. "Semoga Mama diberikan umur yang panjang dan bermanfaat, diberikan rezeki dan karunia yang banyak, kesehatan, petujuk dan hidayah."

"Aamiin ya rabbal'alamin." Jawab Mama sambil memelukku.

Walaupun dengan berat hati, aku mencoba bertanya padanya, "Apa yang mama paling inginkan untuk hadiah ulang tahun?"

Mama tersenyum, "Hal yang paling Mama inginkan adalah Mama tidak mau melihat anak Mama dalam keadaan susah. Mama ingin anak Mama, dapat berdiri diatas kakinya sendiri."

"Aku jadi beban pikiran Mama ya?" Tanyaku.

"Semua anak pasti akan menjadi beban pikiran orang tuanya." Jawab Mama. "Terutama saat melihat anaknya sedang susah."

"Insya Allah, aku bisa, Mah."

Dan Mama menutupnya, "Amin."

***

Aku pulang lebih awal dari kantor untuk merayakan ulang tahun berdua dengan Mama. Tidak ada kue tart atau kado lainya. Aku hanya membawakan dua bungkus bakso yang dibeli di dekat rumah.

Beberapa bulan terakhir, aku hanya tinggal berdua dengan Mama. Karena papa sedang bekerja diluar negeri, begitupun dengan kedua adikku juga sedang melanjutkan kuliah di luar.

Aku dan mama merayakannya dengan makan malam semangkuk bakso yang masih hangat.

Kado Buat Emak Dari TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang