"Ndra." Panggil Mas Dirga. Dia menghampiriku di meja kerja.
Mas Dirga membawa dokumen sebanyak 3 amplop coklat yang besar.
"Jam berapa kamu akan pulang lebih awal untuk kuliah?"
Hari jumat siang ini telah menunjukan pukul 14.10 WIB. Jadwal perkuliahanku hanya di hari jum'at dan sabtu. Sehingga setiap hari jum'at sore, aku selalu izin pulang lebih awal untuk mengikuti acara perkuliahan.
"Jam 15.30." Jawabku. "Ada apa, mas?"
"Sebelum kamu pulang, tolong antarkan dokumen ini ke kantor Pak Hendrik." Mas Dirga meletakannya tumpukan dokumen di atas mejaku.
"Memangnya kita masih punya hubungan bisnis dengan mereka?" Tanyaku lagi.
"Enggak." Jawabnya. "Tapi ada pembayaran yang belum diselesaikan oleh mereka."
"Boleh ajak yang lain?" Tanyaku karena malas harus bertemu dengan Pak Hendrik sendirian. Dulu aku pernah disemprotnya dengan bogem mentah. Yang membuatku menjadi trauma dan kapok untuk bertemu dengannya lagi.
"Enggak." Balasnya. "Karyawan lain terkena penyakit pobia, gara-gara ulahmu kemaren."
Biar bagaimanapun aku yang dibantai oleh Pak Hendrik disana, bukan teman-teman yang lain. Mungkin mereka baru pobia mendengar curhatan Arwin tetapi aku sudah trauma.
***
Aku menunggu Alya di lobi kantornya. Tidak lama Alya datang menjemputku.
"Hai, Ndra. Apa kabar?" Sapanya berbasa-basi. "Sudah lama tidak main ke sini?"
Matanya memperhatikan dengan seksama. Dia seperti sedang mencari sesuatu.
"Temenmu yang pantatnya somplak mana?"
"Dia sudah di PHK." Jawabku santai.
"Apakah penyakitnya sudah sembuh?"
"Belum." Jawabku seadanya. "Tidak ada biaya untuk operasi. Baru disumbat saja."
"Disumbat pakai apa?"
"Tutup botol."
"Ape?"
***
Pak Hendrik sudah menunggu di dalam ruang meeting. Dia sedang sibuk dengan laptopnya ditemani dengan beberapa dokumen yang berserakan di atas meja. Dia menyadari kedatang kami, tetapi mengacuhkannya sampai beberapa menit.
Setelah dia selesai dengan kesibukannya, dia baru menyapa kami yang sedang seru mengobrol.
"Hi, Ndra." Sapanya sambil menutup laptopnya. "Gimana kabar kamu?"
"Alhamdulillah. Baik, pak." Jawabku sambil memberikan dokumennya.
"Oh, ini dokumennya." Dia menerimanya dan langsung membongkar semua isinya.
"Kamu masih betah kerja di GITEK?" Tanyanya sambil membaca dokumen-dokumennya.
Aku hanya tersenyum. Dan dia langsung mengerti maksudku.
"Bagaimana dengan kuliah S2-mu?" Tanyanya berbasi-basi lagi.
"Alhamdulillah, pak." Jawabku lagi. "Tapi ada sedikit masalah."
Spontan, dia langsung melihat mukaku, "kalau boleh tahu ada apa? Apakah karena biaya?"
Aku hanya menggelengkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kado Buat Emak Dari Tuhan
Fiksi UmumInspired by True Story Kawindra dan Pak Pur yang sedang bekerja di perusahaan yang hampir bangkrut. Mereka sudah bekerja tanpa dibayar berbulan-bulan. Dan Tommy harus di PHK di saat akan menikah. Mungkin mertua dapat memaklumi dan keluarga dapat mem...