| Chapter 1

236K 14.4K 613
                                    

Hey heyyy!

Come back with me

Fyi, konflik nggak bakal berat. So, gak usah khawatir huehue

-00-
Kamu itu seperti bintang yang aku lihat dari teleskop, terlihat dekat pada pandangan tetapi jauh untuk di rengkuh di dalam dekapan.
-00-

Pagi ini, gadis itu mengendarai motor dengan kecepatan tinggi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini, gadis itu mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Menghiraukan umpatan pengendara lain, ia terus memacu motornya membelah jalan ibu kota. Jalan sudah mulai ramai oleh pengendara. Karena matahari sudah menampakkan dirinya, dengan cahaya yang cukup terik pagi ini.

Shit!” umpatnya kesal kala lampu lalu lintas berganti merah.

Menerobos? Ide yang bagus. Tetapi ia tidak mau menambah masalah di hari pertama masuk sekolah yang baru. Setelah lampu sudah berganti hijau, ia menjalankan kembali motornya karena jam sudah menunjukkan pukul 07.30 gadis itu ugal-ugalan di jalan, tak menyadari jika ia menyalip seorang pengendara motor.

“Anjing!” umpat cowok yang hampir jatuh karena motornya di salip begitu cepat.

Cowok itu mengendarai motornya tidak kalah cepat, diikuti oleh beberapa teman-temannya. Melihat ada celah untuk membalas, cowok itu menendang motor gadis itu sampai terjatuh. Ia meringis menahan sakit di bagian pergelangan kakinya.

Beberapa cowok itu membuka helm, menuruni motor masing-masing berjalan ke arahnya. Gadis itu mendongak melihat paras tampan di wajah mereka, tanpa cacat sekalipun.

“Berdiri,” ucap salah satu dari beberapa cowok-cowok itu mengulurkan tangannya, berniat membantu. Elang Wiratama, cowok tampan yang mempunyai rasa simpati tinggi.

Gadis itu membalas uluran tangannya, berdiri dengan bantuan cowok itu. ”Thanks,” ucapnya seraya membersihkan rok sekolah yang kotor terkena debu uji aspal.

“Saran gue. Lain kali lo lebih berhati-hati di jalan, walaupun lo terburu-buru yang namanya keselamatan itu jauh lebih penting,” ucap Elang bijak.

Gadis itu menatapnya tidak terbaca, melihat sorot mata teduhnya membuat ia mengangkat senyum tipis. Sebelum mengiyakan, ia di hampiri oleh cowok-cowok asing.  Mungkin temen-temen cowok ini, pikirnya.

“Lo nggak ngerasa bersalah udah hampir buat gue jatuh? Punya mata nggak lo?!” tanya cowok yang tadi tersalip oleh gadis itu.

Arkana Xaverius, cowok emosian dengan ucapan sarkas nan menusuk.

“Gue punya mata. Kalau nggak, mana mungkin gue bawa motor, right?” ucap gadis itu dengan mengangkat dagu tinggi.

“Tapi mata lo nggak di gunain!” balasnya mengelak.

“Oke, gue mungkin salah udah senggol motor lo. Gue minta maaf.”

“Mungkin? Apa kata lo?” Arkan memasang kuping, pura-pura tidak mendengar ucapan permintaan maaf gadis itu. Sengaja memancing amarahnya.

Fear Of AbandonmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang