| Chapter 29

81.6K 6.2K 157
                                    

Hallo gengs!

Gimana kabarnya, baik?

Kasih sarannya dong berapa kali update dalam seminggu?

SEBELUM BACA VOTE + KOMENTAR OKAY?

-00-
Kalau kamu hujan, maka aku bumi
yang selalu sedia memeluk rinaimu meski di jatuhkan langit berkali-kali.
-00-

Aurora menutup mata nya kaget melihat pemandangan yang cukup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aurora menutup mata nya kaget melihat pemandangan yang cukup...ah sudahlah.

"Astaga ya Tuhan, kalo mau ciuman tutup pintu nya dulu!" saran Aurora menasihati hal yang sesad.

"Heh! N-nggak ya. Salah paham lo, Ra." jelas Violina membantah.

"Masa sih?"

Violina mengangguk seraya melirik Gabriel yang sedang menatap Aurora nyalang.

"El, lo mau cium-"

"Iya! Makanya jangan ganggu!" sela Gabriel sinis.

Violina melotot pada Gabriel. Mengerutkan keningnya tidak suka. Terlalu jujur!

"Boh-"

"Keluar!" ucap Gabriel kembali menyela ucapan Violina.

"Dih mentang-mentang udah punya pacar sombong amat!" cibir Aurora.

Gabriel mengangkat alisnya, "Baru sadar?"

"Najis punya sepupu kaya lo! Untung-"

"Ganteng. Gue tau gue ganteng. Sekarang, lo keluar!"

"Cih, pede banget jadi cowok!" cibir Violina pelan namun masih terdengar oleh cowok itu.

Gabriel menoleh pada Violina kemudian secepat kilat ia mengecup bibir gadisnya. Hal itu membuat Aurora histeris merasa iri dengan mereka.

Nasib jomblo! Selalu melihat keuwuan orang lain!

"Asu lo berdua! Nggak ngehargain jomblo!"

Wajah Violina mungkin sudah memerah seperti kepiting saat ini. Gabriel nggak tau waktu!

"Tadi lo bilang apa? Mau-"

"Udahlah! Nggak jadi, mending gue pergi dari neraka yang menyesatkan para bocil." pungkas Aurora kesal menghempaskan rambut badainya.

Violina merasa bersalah pada gadis itu. Karena Gabriel sih!

"Gimana?" tanya Gabriel tersenyum miring.

"Apanya?"

"Mau lanjuttt..." rengek Gabriel.

Violina siap memasang ancang-ancang lalu mendorong Gabriel hingga terjatuh terbaring di atas kasur.

Fear Of AbandonmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang