| Chapter 27

79.9K 6.5K 236
                                    

Hello

Lama nggak nunggu update nya?

Sebelum baca vote + komentar okay? Sip terimakasih 👍🏻

-00-
Datang seperti membawa harapan, kemudian menghilang tanpa sebuah kepastian.
-00-

Mata gadis itu mengerjap gugup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata gadis itu mengerjap gugup. Ia bimbang saat ini. Tak jauh dari tempat mereka berada, ada nyawa yang sedang terluka dan segera membutuhkan pertolongan.

Violina tersenyum tipis, lalu berujar "Bukannya, sebelumnya gue udah jadi milik lo?"

Gabriel tak bisa menahan senyum di bibirnya saat ini. Apa artinya, Violina menerima dirinya menjadi kekasih gadis itu?

Violina menjentikkan jarinya di depan wajah cowok itu. "El?"

Kini, berganti Gabriel yang mengerjap senang. "Lo nggak mabuk kan?"

Violina menurunkan tangannya dari rahang Gabriel seraya berdecak kesal. Ia sudah serius, masa di anggap bercanda sih?

"Nggak,"

Gabriel terkekeh puas melihat wajah kesal gadis itu. Rasanya sangat senang. Ia mengambil tangan kanan Violina, mengarahkan kembali pada rahang nya lalu mengusap lembut.

"Gue yang mabuk," ujarnya menatap dalam manik milik Violina.

"Mabuk dalam kecantikan princess gue."

"Emang princess lo siapa?" tanya Violina memancing.

Gabriel tersenyum miring kemudian mendekatkan wajahnya pada Violina. Sebelum berucap, ia melirik sekilas bibir ranum gadis itu. "Lo, milik gue. Princess gue. Semua tentang lo, gue suka."

Arghhh! Gabriel lo buat hati gue jedag-jedug tau nggak?! batin Violina histeris.

Di sisi lain, Mahardika memekik tertahan. Ia menoleh pada Aurora yang menatap haru kedua sejoli itu.

"Yang..." panggil Mahardika.

Aurora melirik malas cowok itu, "Apa hah?"

Mahardika menghentakkan kakinya kesal. "Lo mah nggak peka, tuh liat. Mereka aja bisa romantis, masa kita kalah sih!"

"Bacot!"

"Heh astagfirullah. Nggak boleh ngomong gitu, sayang." ujar Mahardika menasihati.

"Sok suci lo! Padahal kata kasar selain ini pernah lo bilang kan?"

Cowok itu menyengir lebar. "Demi ayang, jujur iya pernah. Tapi udah tobat kok,"

"Hm. Sekarang tobat, besok lakuin lagi." pungkas Aurora sarkas.

"Kok bener sih? Apa ini tanda-tanda lo jodoh gue, makanya tau semua tentang gue ya?" tanya Mahardika menggoda.

Aurora mendelik tajam Mahardika. "Gila stadium akhir, beli obat lo sana!"

Fear Of AbandonmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang