| Chapter 38

69K 6.2K 1.1K
                                    

HAI SEMUANYA!

Wah, kalian hebat banget bisa tembusin target 😭

Big love buat kalian ❤️❤️❤️

Maaf ya nggak tepat janji, soalnya jantungku kambuh + problem family. Hehe ... Minta doanya ya gengs 🙏

SEBELUM BACA VOTE + KOMENTAR OKAY?

-00-
Hujan tidak tahu ia jatuh membasahi siapa, tapi air mata tahu ia jatuh untuk siapa.
-00-

"Udah ketemu info cewek gue?" tanya Gabriel seraya memutar-mutar botol vodka di tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Udah ketemu info cewek gue?" tanya Gabriel seraya memutar-mutar botol vodka di tangannya.

Mahardika terdiam. Ia menggeleng kikuk. "Belum, susah soalnya." jawabnya.

Gabriel menghela nafas lelah. Ia meraup wajahnya gusar, "Biasanya lo bisa soal ginian, sekarang kok letoy?" sarkas Gabriel.

Mahardika sontak melempar senyum paksa, ya kali melempar batu. Bisa langsung ke neraka kalau gitu.

"Ya gimana ya, El. Gue 'kan cuma manusia biasa. Sempurna? Hmmm, kalo kegantengan gue sih emang sempurna. Cuma ya-"

Gabriel memutar bola matanya, "To the point!"

Berdecak kesal, Mahardika bersungut-sungut. "Iya iya!"

Berdeham sebelum menjawab, Mahardika berusaha mencari akal untuk membohongi Gabriel. "Balik ke ucapan gue di awal, manusia nggak ada yang sempur-"

"To the point babi!" sela Gabriel.

Geram? Kesal? Jelas! Siapa yang tidak kesal saat ucapannya di sela? Gabriel itu kenapa hobi banget menyela ya?! Pengen tak hih!

Menarik nafas dalam-dalam, Mahardika menatap Gabriel kembali tersenyum paksa. "Begitu juga dengan gue, nggak akan selalu sempurna dalam mencari informasi seseorang. Puas?"

"Nggak, sebelum lo ngasih info baik soal Violina," balas Gabriel.

"BAHHH!" teriak Mahardika frustasi.

Gabriel menoleh pada Mahardika karena teriakan cowok itu. "Nggak usah merasa capek, kalo nyari Violina aja lo nggak becus!"

Mahardika lantas berdiri, "Lo aja dah yang nyari kalo gitu, serba salah emang jadi cowok ganteng!" Mahardika kemudian beranjak dari situ, meninggalkan Gabriel yang berdeham malas.

"Kalo gue bisa juga udah dari pertama hilang ketemu." batinnya mencibir.

-00-

Disinilah Violina berada, di sebuah rumah minimalis milik sepupunya. Kenneth Arnold Bimantara. Cowok humoris dengan segala keposesifannya.

Kenneth meletakkan segelas air di meja. Ia duduk di samping Violina dan mengusap puncak gadis itu lembut.

Fear Of AbandonmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang