| Chapter 28

78.9K 6.7K 256
                                    

Haii gengs!

Kabar baik?

⚠️Warning : Siapkan jantung dan hati sebelum membaca! 

KOMENTAR DI SETIAP PARAGRAF UPDATE SECEPATNYA! 🤙🤙

Spam emot favorit kamu!

Spam GABRIEL di sini

Jangan lupa vote + komentar okay? Terimakasih 👍🏻

-00-
Jika langit punya pelangi untuk di banggakan, aku punya kamu untuk di perjuangkan. -Gabriel Fallendra Devano.
-00-

Setelah sampai di mansion atau bisa di sebut juga markas tempat tinggal anggota Elgaskar, mereka semua merebahkan diri di sofa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah sampai di mansion atau bisa di sebut juga markas tempat tinggal anggota Elgaskar, mereka semua merebahkan diri di sofa.

Kecuali Gabriel yang sedari tadi tak hentinya tersenyum seperti orang gila.

Mereka yang melihat itu bergedik. Apa arwah Arsen masuk ke dalam tubuhnya? Tapi mana mungkin, karena cowok itu masih hidup dan sedang di rawat di rumah sakit.

Ia yang menyadari bahwa tatapan mereka semua tertuju pada nya, sontak mendatarkan raut wajahnya. Gabriel berdeham pelan lalu beranjak menarik tangan Violina. "Ikut gue," bisiknya dengan suara serak.

Violina mengerjap bingung, apa ia berbuat salah? Seperti nya tidak.

Gabriel tak menunggu jawaban dari gadis itu lantas membawa nya ke kamar milik nya. Setelah sampai, Gabriel menutup pintu tanpa menguncinya.

"Kenapa?" tanya Violina membuka suara.

Gabriel tak menjawab melainkan memeluk tubuh Violina erat seakan gadis itu ingin pergi.

"Gue seneng hari ini," ungkap nya jujur.

Violina balas memeluk tubuh nya, merasa nyaman bersandar di dada bidang cowok ini.

"Lo nggak penasaran kenapa gue seneng?" tanya Gabriel menatap manik milik Violina.

Gadis itu mengedikkan bahu, "Emang kenapa?"

Tiba-tiba saja Gabriel...

Cup!

Ia mengecup pipi Violina sekilas, lalu tersenyum manis.

"Karna hubungan kita udah resmi hari ini,"

Violina mengerutkan keningnya berpura-pura tidak tahu. "Emang gue setuju?"

Gabriel memicingkan mata nya kesal. Ia merangkul Violina gemas. "Nggak usah bohong, sayang. Lagi pura-pura ya?" tebaknya.

Violina melepaskan rangkulan Gabriel. "Beneran kok, 'kan belum resmi."

Fear Of AbandonmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang