| Chapter 18

88.3K 7.2K 121
                                    

Hallow!

Absen jam berapa kamu baca chapter ini?

Maaf banget, seharusnya semalam update tapi kuota habis.

-00-
Di sini ada perasaan yang selalu ingin memiliki, dan ada keadaan yang selalu menyadarkan bahwa kamu adalah salah satu angan-angan  yang akan sulit atau bahkan tidak akan pernah tergapai.
-00-

Gabriel mengangkat Violina layaknya karung beras, tidak memperdulikan pekikan dan amukan gadis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gabriel mengangkat Violina layaknya karung beras, tidak memperdulikan pekikan dan amukan gadis itu.

"BRENGSEK! Turunin gue!" pekik Violina menarik-narik rambut Gabriel kuat.

Nafas Violina memburu, ia bersiap-siap untuk turun paksa dari gendongan cowok itu. Dengan modal tekad yang kuat, ia mengigit kuat bahu cowok itu lalu turun dengan cepat.

Gabriel tersenyum miring, dia pikir Gabriel segampang itu? Sedikit meringis karena gigitan gadis itu lumayan kuat, ia menarik tangan nya kasar. Sehingga tubuh keduanya bertubrukan.

"Mau kabur dari gue, hm?" ucap Gabriel mengeraskan rahang, mencekal lengan gadis itu.

Sementara Violina hanya bisa diam membisu dengan dengan degup jantung yang berdetak tidak karuan.

Gabriel terkekeh geli, lalu mengelus bibir gadis itu sensual. "Nggak akan bisa sayang, you are mine and always will be."

"Gila!" umpat Violina kesal berdesis menahan tangis kala cekalan di lengannya semakin kuat.

"Hm. Segila itu gue mencintai lo."

Violina berusaha melepaskan cekalan di lengannya, namun sangat sulit di banding kan tenaga cowok itu.

"Gue nggak mau!" bantah nya dengan nada ketus.

"Bahkan gue bisa ngelakuin hal gila apapun, asalkan lo jadi milik gue seutuhnya."

Gabriel menarik pinggang nya untuk mendekat, sampai tidak ada jarak di antara mereka.

"Nggak ada satu orang pun, yang bisa miliki lo, hanya gue dan seterusnya akan begitu sayang."

Gabriel mengusap lembut pipi Violina, merasa beruntung bisa memilikinya walaupun belum sepenuhnya. Akan dia pastikan, tidak ada yang bisa memiliki gadis nya. Hanya dia, dan hanya dia yang menjadi pasangan gadis itu.

Selamanya.

Violina menunduk. Sedikit mendongak melihat wajah cowok di depannya. Dengan tekad yang membara, ia menginjak kaki cowok itu lalu membenturkan kepala nya ke dinding di dekat mereka.

"Lo kira, lo doang yang bisa? Cih, gue juga bisa!"

Setelah mengucapkan itu, Violina berlari tak tentu arah. Di pertengahan jalan, ia bertemu dengan Arkan yang sedang memasak di dapur.

Fear Of AbandonmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang