| Chapter 5

134K 10K 354
                                    

Haiii...

Kemungkinan aku bakal jarang update untuk kedepan nya, karena aku akan melaksanakan ujian akhir semester.

Sebelum lanjut baca absen dulu yuk!

Kamu suka makan :
Bakso →

Seblak

-00-
Kamu yang terlalu dingin, atau aku yang terlalu ingin?
-00-

Violina uring-uringan di kasur memikirkan perkataan cowok tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Violina uring-uringan di kasur memikirkan perkataan cowok tadi. Mengapa ada rasa takut yang tidak ketara saat mendengarnya? Jujur, ia takut jika harus bertemu dengan cowok itu lagi. Terlebih, mereka satu sekolah!

“ARGHHH! Bisa gila gue kalau gini terus,” rutuk Violina kesal mengacak rambutnya.

Violina terduduk saat tiba-tiba mengingat sesuatu, “Wait! Dia kok tau nama gue? Padahal gue sendiri nggak tau nama dia. Ini nggak adil dong?!”

Ia sedikit terlonjak kaget saat mendengar dering ponselnya berbunyi, gadis itu mengambil ponsel di nakas lalu melihat siapa nama sang penelepon. Dahinya mengernyit bingung, nomor yang tak di kenal. Seingatnya, ia tak pernah memberikan nomornya ke sembarang orang. Violina menggeser ikon hijau tersebut, kemudian mengarahkan ponselnya ke telinga.

Sayang,” sapa sang penelepon.

Tunggu! Violina merasa tak asing dengan suara tersebut, seperti pernah mendengarnya tapi tidak tahu di mana dan kapan. Violina hanya diam, menunggu lanjutan darinya.

Calon masa depan lo yang semalam tidur bareng,” jawab sang penelepon seolah tau apa yang ada di pikiran gadis itu.

Violina terpaku diam, menjauhkan ponsel dari genggamannya. Jantungnya berdetak tak nyaman.

“Dari mana lo dapet nomor gue?” tanyanya to the point.

Secret, but not with our relationship.

Violina terkekeh sinis, “Sejak kapan gue punya hubungan rahasia sama lo, brengsek?”

Sejak tadi,

“Nggak! Nggak! Lo gak bjsa asal ngeklaim tanpa persetujuan gue!”

Gabriel terkekeh di seberang telepon, cowok itu merebahkan dirinya di kasur. “Nungguin? Secepatnya sayang, tunggu waktu itu tiba.

Violina berdeham menetralkan kegugupannya. “Tadi typo, gue nggak akan mau jadi pacar lo, dan apa lagi tadi? Lo bilang apa? Istri? Nggak akan!” pekiknya menggebu-gebu.

Ralat, bukan enggak. Tapi belum. Nanti juga berubah pikiran,

“Nggak percayaan banget jadi orang, mana ada cewek yang mau sama cowok kaya lo!”

Fear Of AbandonmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang