| Chapter 14

92.1K 7.4K 328
                                    

Alloo semuanya!!

Sebelumnya aku mau nanya, kalian suka konflik yang ringan or berat?

Please komen ya? Biar aku bisa nentuin gimana konflik FOA kedepannya 🙏

Ok, cus baca!!

Jangan lupa vote + komen? Sip 👍🏻

-00-
Jika garis takdir sudah menentukan bahwa kamu bukan untuknya, lantas kamu bisa apa?
-00-

-00-Jika garis takdir sudah menentukan bahwa kamu bukan untuknya, lantas kamu bisa apa?-00-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lepasin nggak?!" pekik Violina saat Gabriel menarik tangan nya menuju kamar lantai atas.

Gabriel tidak menjawab melainkan semakin mempercepat jalannya. Setelah sampai di kamar yang di tempati Violina saat ini, ia menarik nya kasar lalu melempar kan gadis itu ke ranjang yang cukup luas.

Gadis itu hendak berdiri, tetapi terlambat karena Gabriel sudah lebih dahulu menindih tubuhnya.

"Ingin bermain-main sayang?" desis Gabriel menggeram tertahan.

Violina menggeleng takut, jujur saja keadaan sekarang membuat sekujur tubuhnya bergetar ketakutan. Terlebih melihat sorot mata tajam Gabriel, sungguh itu sangat menyeramkan.

"Kenapa tadi lo ngancem gue buat pergi dari sini, hm?"

"K-karena gue nggak suka liat—"

"Apa? Nggak suka liat apa, Na? Sedikit lagi, sedikit lagi mereka habis di tangan gue!" bentak Gabriel mencengkeram kedua bahunya kuat.

"Tapi mereka temen lo!"

"Lo gak tau kan kalau Arkan ngejelekin lo di depan gue? Gue gak suka saat lo di pandang rendah, apalagi ada yang terang-terangan nggak suka!"

Sungguh suasana kamar itu mencekam. Terutama saat Gabriel hendak mencium nya, tetapi sebelum itu terjadi Violina mendorong tubuh cowok itu. Lantas berlari ke arah pintu kamar yang terkunci. Shit! Kenapa saat-saat sekarang, keberuntungan tidak berpihak padanya?

Gabrie terkekeh senang ketika gadis nya tak bisa keluar. Cowok itu seperti predator saja yang ingin memakan memakan mangsanya.

"Kenapa? Nggak bisa, ya?" ejek nya mendekati gadis itu.

Nafas Violina memburu, rasanya ingin sekali menampar wajah cowok itu.

"Sini kuncinya!" titah Violina.

Gabriel menghiraukan permintaan itu, tetapi mengangkat kunci dari saku celananya ke atas ingin memancing gadis itu.

"Nggak semudah itu, Sayang..." ucap nya serak.

Gadis itu berdecak kesal, melompat-lompat untuk meraih kunci di tangan besar cowok itu. Gabriel tersenyum smrik semakin meninggikan kunci tersebut.

"Arghhh,... siniin kunci nya, brengsek!" kesal Violina saat kunci itu tak kunjung sampai di tangan nya.

Fear Of AbandonmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang