[PRIVAT ACAK! WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA]
TAHAP REVISI!
New title! Judul sebelumnya: GABRIEL
Bagaimana rasanya mempunyai pacar super posesif? Sebagian orang mungkin suka, namun berbeda dengan gadis itu.
Violina Dilara Alexander.
Gadis cantik, nam...
Kalo kalian sering gini, pasti aku sering up hihi...
KALIAN HEBAT! MAKASIH YA! ♡
⚠️ Yang belum follow diwajibkan untuk segera ya! Karna dari chapter sebelumnya sampai ending akan aku private! SPESIAL BANGET! 💋
SEBELUM BACA VOTE + KOMENTAR OKAY?
-00- Kita adalah dua orang yang saling mendoakan, tapi tak bisa dipersatukan oleh Tuhan.-Mahardika Abyan. -00-
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"VIONAAA!!" teriak kedua lelaki itu. Gabriel langsung berlari kencang diikuti Regan di belakangnya,ia menggapai tubuh gadisnya yang terjatuh di atas aspal, kemudian mengangkat kepala Violina dan diletakkan diatas pahanya.
Gabriel meraung sekeras-kerasnya, "VIOLINA BANGUN PLEASEE...!" Kepala Gabriel mendongak keatas.
"JANGAN TINGGALIN GUE!"
Sementara Regan menangis namun tak bersuara. Ia berdiri kaku di samping Gabriel. Tangannya bergerak untuk memegang dadanya yang berdenyut sakit. Baru beberapa jam yang lalu mereka sangat dekat, sebagai seorang anak dan ayah. Namun kenyataan Tuhan sepahit ini.
"Hiks...Gue mau sama lo terus." isak Gabriel menyatukan keningnya dengan Violina.
Regan menarik kerah kaos oblong warna hitam milik Gabriel mundur, sehingga dengan paksa cowok itu melepaskan Violina dari pangkuannya.
BUGH!
Bugh!
"KAMU JAHAT GABRIEL!"
Bugh!
Regan terus melayangkan pukulan keras pada Gabriel.
"SEMUA INI KARENA KAMU! PUAS HAH?!"
Hidung Gabriel mengeluarkan darah karena terkena pukulan Regan.
Tak jauh dari kejadian itu, anggota Elgaskar berbondong-bondong berlari kearah mereka. Hujan rintik-rintik sudah mulai jatuh ke permukaan bumi.
"OM STOP!" teriak Arkan menarik Regan yang belum lelah untuk memberikan pelajaran pada Gabriel.
Berbeda dengan Zayden, Elang dan Mahardika yang langsung berlari dan merengkuh tubuh lemah Violina yang terbaring di aspal. Zayden mengecup keningnya cukup lama, setetes air matanya jatuh ke pipi.
"Hey, wake up ..." bisik cowok itu. Zayden menyingkirkan anak rambut Violina. Tangannya berlumur darah gadis itu. Ia berdiri menggendong gadis itu ala bridal style, diikuti oleh Elang dan Mahardika yang kacau, kepala mereka tertunduk dalam. Kedua cowok itu juga merasa terpukul dengan ini.
