| Chapter 34

69.8K 6.1K 786
                                    

Heyy!

Cepet banget kan updatenya? Iya dong, spam komentar di chapter sebelumnya buat aku speechless! 😭

THANK YOUUU! (。♡‿♡。)

SEBELUM BACA VOTE + KOMENTAR OKAY?

-00-
Laut dengan misterinya, langit dengan ketenangannya, dan kamu dengan segala kecantikan dan kesempurnaannya. -Gabriel Fallendra Devano.

 -Gabriel Fallendra Devano

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ra, please. Buruan dateng, Mahardika udah mau sekarat loh," bujuk Elang memelas pada Aurora.

Semua sandiwara, Aurora tahu itu. Di pikir dia siapa harus menjenguk cowok itu? Ck, terlalu buang-buang waktu, pikirnya.

"Bohong! Di gaji berapa lo sama dia, hah?" tukas Aurora di seberang telepon.

Mampus gue, jujur nggak ya? batin Elang panik.

Tangan nya menggaruk kepala nya yang sedikit gatal, bukan kutuan ya! "Dia beneran sakit, lo nggak kasian?"

Aurora berdecih di seberang sambil mengangkat kaki nya ke atas meja. "Pertanyaan lo nggak logis,"

Suara loud speaker yang dari awal di nyalakan Elang agar Mahardika juga ikut mendengarnya, membuat cowok itu misuh-misuh sendiri. Ia beralih mengambil ponsel Elang, lalu mendekatkan benda persegi panjang tersebut pada mulutnya.

"Yaudah, kalo nggak peduli! Lo tega bener sama gue." ucap Mahardika menahan emosi.

Sedikit menjauhkan ponselnya dari telinga, Aurora memutar bola mata malas. "Udah gue duga,"

Kening Mahardika mengerut, "Duga apa?" tanya nya.

"Lo bohong, mau nipu gue supaya ketemu sama lo. Iya 'kan?"

Mengingat ia sedang bersandiwara, Mahardika sontak menutup mulutnya dengan tangan kanan nya. "Eh,..k-kok tau sih?" Cowok itu dengan kesal memukul mulutnya yang keceplosan.

Tut!

"Jancok! Jadi ketauan 'kan," umpat Mahardika mencibir dirinya sendiri.

Elang berinisiatif menenangkan Mahardika, namun cowok itu malah menepis tangan nya kasar. Elang mengerucutkan bibirnya, salah apa dirinya?

Menghela nafas sejenak, Mahardika mengambil ponselnya di atas meja. Menempelkan benda pipih itu ke telinganya, "Halo, tolong gue!" pinta nya pada seseorang di seberang.

"Hah? Lo siapa?" tanya Violina. Setelah melihat nama sang penelepon, gadis itu ber'ohria seraya mengangguk.

"Ck, nggak perlu basa basi. Gue mau minta tolong nih," Memutar bola mata jengah, Violina berdeham.

Fear Of AbandonmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang