| Chapter 43

66.7K 6.4K 1.8K
                                    

HALLO?!

Good night to all my readers!

Note : Foto yang ada di mulmed adalah visual tetap Gabriel.

Aku double up hari ini. Gak tau kenapa, pengen aja gituuu. Walaupun target belum tembus. TAPI KALI INI BISA TEMBUSIN?

SENENG GAK KALO GINI TERUS?

WARNING ⚠️ : Siapkan hati untuk tidak mengumpat! Chapter ini menentukan konflik utama dan yang paling spesial, menurut aku.

Jadi, aku harap yang belum follow diwajibkan untuk segera ya. Karna chapter selanjutnya akan shskssjshs

Komentar di setiap paragraf ya! Jangan spam next aja, bisa?

SEBELUM BACA VOTE + KOMENTAR OKAY?

-00-
Walau akhirnya tak bersama, setidaknya semesta pernah menjadi saksi betapa bahagianya aku saat bersamamu. -Gabriel Fallendra Devano.
-00-

Gabriel terhuyung ke belakang, "Sial!" umpatnya terkekeh bangga melihat gadisnya sudah mulai berani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gabriel terhuyung ke belakang, "Sial!" umpatnya terkekeh bangga melihat gadisnya sudah mulai berani.

Hendak menggapai tangan Violina, Gabriel kembali mendapatkan pukulan keras di pelipisnya. Violina menghajar Gabriel habis-habisan. Emosi gadis itu sudah tersulut, jadi jangan salahkan jika dia seberani ini melawan.

"MATI KEK LO!" pekik Violina geram.

Gabriel tak melawan. Ia malah membiarkan gadisnya untuk memukuli dirinya. Di sela-sela sakitnya, cowok itu tersenyum. Bukan senyum tipis, namun senyum manis. Padahal bibir dan pelipisnya sudah mengeluarkan darah.

Saat gadis itu hendak meninju pipinya, Gabriel menahan kepalan tangan Violina. Sepasang sejoli itu terdiam menormalkan nafasnya. Violina yang sedang emosi, dan Gabriel yang kesakitan.

Bibir yang sedikit pecah itu tersenyum. Ia mendekat pada Violina, sempat menolak namun Gabriel mencengkeram lengan gadis itu. "Pretty." bisiknya tepat di telinga gadis itu dengan suara serak-serak basah.

Gabriel menjauhkan wajahnya, ia mengacak-acak rambut Violina gemas. Gadisnya sudah mulai berkembang. Itu tujuannya. Violina sudah mulai berani melawan dan memberontak ketika situasi buruk menekannya.

"Hug me, please..." lirih Gabriel.  Cowok itu merentangkan tangannya, berharap Violina melakukannya. Namun di luar dugaannya, gadis itu malah berputar balik berjalan kearah Regan yang sedari tadi menonton adegan itu.

Hap!

Tak menyerah Gabriel langsung berlari memeluk Violina dari belakang. "Don't be like this again, Na." bisik Gabriel lagi di telinganya.

Fear Of AbandonmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang