| Chapter 39

64.2K 6.1K 1.2K
                                    

HEYY?!

Kalian apa kabar? Baik?

Aku harap selalu begitu ya. Tetap tersenyum walaupun pasti ada lika-liku kehidupan. Kamu kuat! God be with you  ♡

SEBELUM BACA VOTE+ KOMENTAR OKAY?

-00-
Permisi, Kak. Senyumnya manis banget, jadi pengen bawa pulang orangnya. -Elang Wiratama.
-00-

Di kamar yang sangat sepi, di temani oleh alunan lirik sedih, dan penerangan yang temaram

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di kamar yang sangat sepi, di temani oleh alunan lirik sedih, dan penerangan yang temaram. Gabriel memetik senar gitar dengan raut kesedihan di wajahnya.

Ia tak memakai baju, alias telanjang dada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia tak memakai baju, alias telanjang dada. Petikan demi petikan ia bawakan dengan lirik sebuah lagu yang kemarin di setel oleh Mahardika. Tak Ingin Usai - Keisya Levronka.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu berasal dari luar kamar nya. Menghiraukan hal itu, Gabriel tetap melanjutkan aktivitas nya sedari tadi dengan tatapan kosong dan pikiran yang selalu melayang-layang mengingat momen kedekatannya dengan Violina. Terutama saat mereka baru pertama kali ketemu. Violina mengobati lukanya dan dengan jahilnya ia berpura-pura kesakitan. 

Cahaya lampu masuk ke dalam kamarnya, suara decitan pintu juga terdengar. Gabriel menoleh ke belakang, melihat siapa yang masuk. Setelah mengetahui jika Zayden, Arkan, Elang dan Mahardika pelakunya, ia kembali menatap gitarnya kosong.

Mahardika menepuk pundaknya, "Woy, galau aja lo," sergahnya lalu duduk di meja.

Gabriel melirik malas kearahnya, lalu kembali memetik senar gitarnya.

Elang melihat-lihat sekeliling kamar Gabriel. "Sepi juga ya nggak ada Violina," kata Elang yang di angguki oleh Arkan.

Gabriel meletakkan gitarnya di bawah kolong meja, lalu ia menoleh pada Mahardika. "Gimana? Udah ketemu?"

Mampus gue, kasih tau gak ya? batin Mahardika bimbang.

"Kenapa lo?" tanya Arkan menatap curiga dengan raut wajah Mahardika.

Fear Of AbandonmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang