| Chapter 23

77.8K 6.4K 145
                                    

Halo haloo..

Apa kabar nih? Sehat?

Masih stay nungguin Gabriel up?

AUTHOR NOTE ;

Maaf, jika akhir-akhir ini sedikit chapter nya.Jika kalian ingat, di chapter sebelumnya udah aku ingatkan soal kondisi aku yang menurun.

Mohon pengertiannya ya? Karena, ngerangkai satu bab itu nggak mudah.

Kalaupun chapter nya sedikit, aku akan rajin up. Dan kalian tau sendiri itu kan? Ibaratkan sama aja, aku update lama - chapter nya panjang tapi cuma satu chapter doang.

Nah ini, aku update sekitar 2 atau 3 kali seminggu. Sama aja, sedikit tapi rajin update, right?

Sekali lagi, mohon pengertiannya!
Aku usahakan rajin update, tapi nggak janji. Karena terkadang kalau tubuh udah drop, nggak bisa ngapa-ngapain..

Ini ku buat, supaya kalian tidak terlalu berharap kata di setiap chapter Gabriel itu selalu  panjang.

Terima kasih, sudah baca sampai akhir.

-00-
Demi masa depan yang cerah, kamu dilarang untuk menyerah.
-00-

"Anjing! Lo tau anjing? Mirip sama muka lo!" bentak Aurora sarkas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anjing! Lo tau anjing? Mirip sama muka lo!" bentak Aurora sarkas.

"Wah lo di katain anjing Sis," ucap Amel mengompori.

"Kalo gue jadi lo sih nggak terima ya," sahut temannya yang lain.

Siska Aurelia-- murid kelas XI IPS 3 dan teman-temannya, yang sedang adu mulut dengan Aurora dan Violina menggeram marah.

"Mulut lo kompor banget ya tai!" sergah Violina menatap tajam teman-teman Siska.

"Cih, mana ada murid baru gini. Mulut nya kaya nggak pernah di sekolahin," kata Amel. mengejek.

"MULUT LO AJA GAK DI SEKOLAHIN! NGACA!" pekik Aurora menjambak rambut gadis itu.

Amel memekik keras karena tarikan rambut yang cukup kuat. "Apa perlu gue beli kaca, untuk nutup mulut ember lo itu, hah?!" gertak Aurora.

Siska yang tidak terima temannya di perlakukan kasar, langsung ikut membalas. Ia maju beberapa langkah mendekati Violina yang sedang memisahkan Aurora dan Amel.

Ia mengambil jus yang terletak di meja, lalu menumpahkan nya ke Violina. "Anak baru nggak usah sok cantik ya bitch!"

Violina tersentak kaget. Ia menatap seragam nya yang sudah setengah basah. Tangannya terkepal kuat, lalu ia mendongak menatap tajam Amel.

"Lagi ngatain diri sendiri? Nggak malu?" ucap Violina menekan suara di setiap katanya.

"Yang lonte di sini siapa? Lo, atau gue?" tanya Violina lalu menampar pipi Siska.

Fear Of AbandonmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang