| Chapter 13

98K 7.9K 205
                                    

Hey heyy!

Kabar baik?

Sebelum lanjut baca, absen dulu yuk!

Spil warna favorit kamu 🎨

Vote + komen ya bestieeh lopee sekebon avv 😻❤️❤️❤️

-00-
Nggak usah insecure, mungkin Tuhan menciptakan kelebihan di hatimu bukan di fisikmu.
-00-

"Kenapa lo bawa dia?" tanya Arkan saat Gabriel sudah duduk kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa lo bawa dia?" tanya Arkan saat Gabriel sudah duduk kembali.

Gabriel mendengus, lalu berujar. "Urusannya sama lo?"

Arkan berucap ketus, "Gue gak suka aja ada orang asing di sini."

Rahang Gabriel mengeras, urat-urat nya menonjol serta tatapan nya yang tajam dapat mengintimidasi siapapun yang melihatnya.

"Woi ahahah biarin lah, sesekali ada cewek di sini, cantik lagi," ucap Mahardika tertawa paksa, berusaha mengurangi hawa kengerian saat ini. Perasaan nya tidak enak.

"Stres, ketawa nggak ada yang lucu," sarkas Alfin.

"Gue punya alasan sendiri, bawa dia ke sini."

"Bullshit, lo suka kan sama dia?" tanya Arkan.

Gabriel menggeram, ia maju dan menarik kerah baju temannya nya itu. "If true, why?"

Mereka semua tersontak kaget, tidak biasanya cowok itu tertarik dengan spesies 'wanita'. Dan sekarang? What the fuck?!

Arkan terkekeh hambar, "Lo baru kenal sama dia, dan bisa-bisanya langsung bawa cewek itu ke markas kita. Lo tau sendiri, nggak ada satu orangpun selain anggota Elgaskar bisa masuk ke sini, hm?"

Perkataan itu membuat emosi nya menaik, Gabriel meninju rahang Arkan. Membuat semua anggota meringis, karena tahu ini akan terjadi.

"Ini rumah gue, dan lo tau juga kan? Siapapun yang berani mengusik, apalagi ngatur-ngatur hidup gue--"

Gabriel lalu melemparkan tubuh Arkan ke lantai, menarik rambut cowok itu ke atas untuk mendongak melihat wajah nya.

"Akan mati, detik itu juga." lanjut nya menggoreskan pisau lipat itu di bahu kanan nya, yang ia dapatkan dari saku jaketnya.

Arkan terbatuk, ia tak berani melawan saat ini. Karena ia tahu, jika itu terjadi habislah nyawanya saat ini.

Tidak ada yang berani melerai keduanya, membiarkan Gabriel melukai cowok itu sesuka nya. Sampai ketika saat Gabriel ingin menusuk pisau itu tepat di jantung Arkan, Zayden menarik tangan nya kasar lalu melempar kan pisau itu ke sudut ruangan.

"Bangsat, Arkan temen lo kalau lo lupa," Zayden membantu Arkan berdiri yang sudah terkulai lemas di lantai.

Gabriel berdecih, "Nggak ada temen yang suka ikut campur hidup temen nya, dia tau itu."

Fear Of AbandonmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang