| Chapter 3

157K 11.8K 467
                                    

Hai..

GIMANA KABAR NYA?

APAPUN ITU JANGAN PATAH SEMANGAT YA!!
INGAT SELALU BERSYUKUR ♡

SEBELUM BACA ABSEN DULU YUK

MAKANAN FAVORIT KAMU APA?

-00-

Setiap manusia pasti punya luka.
Entah yang bersifat selamanya atau hanya sementara.
-00-

Kring

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kring... Kring... Kring

Akhirnya bel istirahat yang di nantikan siswa-siswi berbunyi, membuat keriuhan yang mendominasi di seluruh penjuru sekolah AKSARAYA SCHOOL. Siswa-siswi sudah bergegas ke kantin untuk sekedar mengisi perut dan merilekskan pikiran seusai pelajaran tadi.

Berbeda dengan Violina, gadis itu enggan meninggalkan kelas karena catatan yang belum selesai. 

“Minggir,” ucapan ketus itu berasal dari manusia yang duduk di sebelahnya. Gadis itu mendongak melihat cowok itu, menelisik raut wajahnya yang datar bahkan tidak menampilkan ekspresi.

Violina berdiri kemudian beranjak dari kursinya. Ia bergeser sedikit ke samping, memberi jalan untuk cowok cuek itu. “Oh, ternyata bisa ngomong?”

Langkah kaki cowok itu terhenti, ia membalikkan tubuhnya menghadap gadis itu. “Harus gue jawab?”

Violina mengedikkan bahu. “Terserah sih, kalau mau repot ngomong segala, silakan,”

“Gue terlalu malas ngomong sama cewek nggak jelas kayak lo.”

Setelah mengatakan itu, cowok berperawakan tinggi dan tegap itu pergi memasukkan salah satu tangannya ke dalam saku celana sekolah. Meninggalkan Violina yang kini sedang misuh-misuh sendiri.

“Lah, itu dia ngomong. Goblok!” Violina berdecih lalu merapikan peralatan sekolah.

××0××

Setelah selesai dengan tugas catatannya, Violina beranjak ke kantin, berjalan santai mengacuhkan bisikan orang yang di laluinya. Ia memasuki kantin yang sudah dipenuhi oleh para siswa-siswi, tidak ada satupun meja yang tersisa.

Pandangan Violina bergulir ke pojok belakang kantin, ternyata masih ada satu meja yang kosong. Ia segera bergegas ke meja tersebut, menghiraukan tatapan yang berbeda-beda dari para pengunjung kantin.

“Eh, gue kayak pernah liat mukanya. Nggak asing, kalian juga?” tanya Mahardika sambil melirik intens ke arah gadis itu.

Mereka yang mendengar ucapan Mahardika, menghentikan aktivitas masing-masing lalu mendongak melihat Violina yang baru saja duduk di kursi yang tidak jauh dari mereka tempati.

Fear Of AbandonmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang