29

8.5K 1K 36
                                    

"Tempat apa ini ?" Tanya Ben saat Jovial membawanya ke tempat yang berbeda dari terakhir kali dia bertemu Jovial.

"Ini rumah ku yang lain, kita bisa tinggal di sini untuk sementara waktu sampai kamu merasa tenang"

"Kita ?" Ben melihat kearah Jovial.

"Hm, anggap saja ini uji coba hidup bersama" kata Jovial sembari menghisap rokoknya.

Ben menatap Jovial.
"Kamu tau paman-"

"Uhuk!" Jovial tersedak asap rokoknya.
"Hei ! Hentikan itu.. aku bukan paman mu!"

"Ah, jadi aku harus memanggil mu apa ?"

Jovial menyentuh wajahnya.
"Sayang.. juga tidak apa-apa, aku tidak keberatan"

"Um, pemandangan yang bagus" Ben berjalan ke balkon rumah tersebut.

"Hei.. hei, barusan kamu mengabaikan ku" Jovial mengikuti langkah kaki Ben.

Ben tersenyum kecil.
"Apa kamu baru merasakannya ?"

"Tentang apa ?" Jovial menatap Ben.

Pria alpha ini menatap Jovial balik.
"Kamu tidak tertarik berhubungan intim dengan alpha biasa, pikiran mu hanya tertuju pada ku"

Jovial menghela nafasnya berat.
"Baik, aku mengakuinya.. aku tidak mau hal ini semakin panjang, ini memang gila kalau ku pikirkan terus menerus.. aku sudah mencoba menyentuh beberapa alpha tapi aku tidak merasakan sensasi yang sama saat kamu menyentuh ku"

Ben mendekat lalu menyentuh dagu Jovial.
"Itu karena kita sesama dominan, hanya seorang dominan yang bisa membuat mu puas"

Jovial menyentuh tangan Ben.
"Karena ini salah mu, jadi kamu harus bertanggungjawab"

"Aku bersedia asal kamu menuruti keinginan ku"

"Apa keinginan mu itu ?" Tanya Jovial penasaran.

Ben mengusap pelan pipi Jovial.
"Berhenti untuk pekerjaan kotor mu dan mulai lah hidup baru"

"Apa yang kamu katakan ? Aku sudah lama bergelut dalam dunia ku ini dan aku lah bosnya!"

"Turun kan ego mu, tak selamanya mereka ada di pihak mu .. mungkin beberapa tahun kemudian mereka akan berkhianat, Hei.. " Ben menangkupkan kedua tangannya di pipi Jovial.

" ..serahkan gelar bos mu itu pada orang lain dan mulai lah semuanya dari awal bersama ku"

Mata Jovial berkaca-kaca.
"Itu sangat sulit, kenapa kamu membuat aku jadi sebimbang ini ?"

Ben menarik Jovial ke dalam pelukannya.
"Kamu mau sentuhan ku ? Maka akan  ku lakukan .. tapi Jovial, bukan kah indah apa bila kita hidup damai ? Tahun depan aku lulus SMA, aku berencana membuka toko roti.. aku bisa membayangkan kamu ada disana membantu ku dan .. " Ben tersenyum kecil.

" .. tidak kah kamu menginginkan keluarga seperti orang lain ? Ada ayah, ibu atau papa, dan seorang anak.. ah, mungkin dua.. kita tertawa bersama bahkan makan di meja yang sama dengan canda tawa dan merayakan hari penting seperti ulang tahun.. "

Jovial meremas seragam Ben.
" .. itu impian ku, bagaimana dengan mu ?"

Jovial melepas rokoknya lalu menginjak rokok itu.
"Rokok tidak bagus untuk kesehatan anak-anak" kata Jovial.

Ben terkekeh pelan.
"Jadi mulai sekarang kamu akan mencoba berhenti merokok ?"

"Ah, aku tau ini akan sulit tapi akan ku coba !"

Ben mengusap-usap pucuk kepala Jovial.
"Aku bangga pada mu, terima kasih"

"Hm," rona merah muda terlihat di kedua pipi Jovial, dia menghirup aroma tubuh Ben.

Walau pun Ben tergolong masih sangat muda tapi dia punya pikiran dewasa, Jovial sedikit kagum dengan rencana masa depan Ben dan impian mereka yang hampir sama.

Punya keluarga yang utuh.

.
.

Bersambung ...

(TAMAT) Anak Tunggal Kaya Raya (BL17+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang